DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Senin, 04 Mei 2015

Antara hukuman pancung dan tembak

Antara hukuman pancung dan tembak.     

Hukuman mati dengan cara metode Barat atau dengan tembakan, algojonya banyak, namun senapan yang berisi peluru tajam cuman 1. Itu artinya, yang ditembak cuman 1 organ: jantung saja atau otak saja.

Kalau jantung yang ditembak, otak masih berfungsi sehingga orang yang dieksekusi tidak segera mati.

Kalau otak yg ditembak, jantung masih aktif berdetak, maka tidak segera mati. Di harian Kompas tahun 2005 pernah dibahas bahwa terpidana hukuman mati dengan cara ditembak akan menemui ajalnya 20-30 menit setelah tembakan.

Jangan dikira sakitnya seperti apa! Konon kabarnya, pembantai keluarga dokter di Purwokerto itu matinya sekitar 25 menit setelah dieksekusi regu tembak di Nusa Kambangan.

Sebaliknya, yang cara Islam adalah dengan pancung. Algojonya cuma 1 dengan pedang yang amat sangat tajam. Sekali tebas, kepala lepas. Sekilas mengerikan. Namun ternyata, ketika leher putus, “kabel” penghubung antara otak dan jantung (spinal cord) langsung putus. Ketika hubungan otak-jantung putus, jantung kehilangan kontak dengan otak. Akibatnya, jantung langsung berhenti berdetak. Orang mati seketika, tidak perlu berlama-lama merasakan sakit.

Bahkan didasarkan penelitian oleh Prof. Wilhelm Schulze dan Dr. Hazim dari College of Veterinary Medicine, Hannover University, German, kita dapat menarik kesimpulan bahwa orang yang dipancung itu tidak merasakan sakit, karena tidak ada saraf sakit yang tersentuh.

Kesimpulannya, syari’at Islam tentang hukuman mati dengan cara dipancung itu scientifically excellent.

Kajian ini hampir selalu ana sampaikan saat tugas khutbah shalat Idul Fithri dan Idul Adha, termasuk saat tugas di KBRI London tahun 2011 (saat saya masih sekolah S3 di UK).

Ustadz Dr. Nanung Danar Dono
Dosen Fakultas Peternakan UGM, pengurus MIUMI Yogyakarta.

note : Copas dari WA group