Asal usul
Ucapan minal 'aidin
wal-faizin ini menurut seorang ulama tidaklah berdasarkan dari generasi
para sahabat ataupun para ulama setelahnya (Salaf as-Shaleh). Perkataan
ini mulanya berasal dari seorang penyair di masa Al-Andalus, yang
bernama Shafiyuddin Al-Huli, ketika dia membawakan syair yang konteksnya
mengkisahkan dendang wanita di hari raya.
Ucapan
Idul Fitri, mudik adalah budaya.... Bukan ritual/ibadah.... Sehingga
menganut prinsip relativitas budaya...tidak ada benar dan salah.. Yg
penting tidak melanggar Quran dan sunnah...
Sehingga stigma "keliru", "ngawur" adalah tidak pada tempatnya..
Contoh lain dari penerapan budaya adalah Pemakaian gelar Haji dan mudik tidak dikenal di Arab.
Apakah berarti kita harus mengikuti budaya Arab..?
Kalau Rasulullah makannya pakai 3 jari (karena makan kurna)... Apa kita harus makan pakai 3 jari sekalipun yg kita makan itu
Soto atau cendol...?
Aspek gramatikal
Kalau kita tadi menyoal tentang asal kata Ied (masdar atau kata dasar dari
'aada=kembali) , sekarang kita mencoba untuk membongkar asal kata 'Aidin dan
Faizin. Darimana sih mereka?
'Aidin itu isim fa'il (pelaku) dari 'aada. Kalau anda memukul (kata kerja),
pasti ada proses "pemukulan" (masdar), juga ada "yang memukul" (anda
pelakunya). Kalau kamu "pulang" (kata kerja), berarti kamu "yang pulang"
(pelaku). Pelaku dari kata kerja inilah yang dalam bahasa Arab disebut
d engan isim fa'il.
Kalau si Aidin, darimana? 'Aidin atau 'Aidun itu bentuk jamak (plural) dari
'aid, yang artinya "yang kembali" (isim fa'il. Baca lagi teori di atas).
Mungkin maksudnya adalah "kembali kepada fitrah" ("kembali berbuka", pen)
setelah berjuang dan mujahadah selama sebulan penuh menjalankan puasa.
'aada = ia telah kembali (fi'il madhi).
Ya'uudu = ia tengah kembali (fi'il mudhori)
'audat = kembali (kata dasar)
'ud = kembali kau! (fi'il amr/kata perintah)
'aid = ia yang kembali (isim fa'il).
Kalau si Faizin?
Si Faizin juga sama. Dia isim fa'il dari faaza (past tense) yang artinya
"sang pemenang". Urutannya seperti ini:
Faaza = ia [telah] menang (past tense)
Yafuuzu = ia [sedang] menang (present tense)
Fauzan = menang (kata dasar).
Fuz = menanglah (fi'il amr/kata perintah)
Fa'iz = yang menang.
'Aid (yang kembali) dan Fa'iz (yang menang) bisa dijamakkan menjadi 'Aidun
dan Fa'izun. Karena didah ului "Min" huruf jar, maka Aidun dan Faizun
menyelaraskan diri menjadi "Aidin" dan "Faizin". Sehingga lengkapnya "Min
Al 'Aidin wa Al Faizin". Biar lebih mudah membacanya, kita biasa menulis
dengan "Minal Aidin wal Faizin".
Lalu mengapa harus diawali dengan "min"?
"Min" artinya "dari". Sebagaimana kita ketahui, kata "min" (dari) biasa
digunakan untuk menunjukkan kata keterangan waktu dan tempat. Misalnya
'dari' zuhur hingga ashar. Atau 'dari' Cengkareng sampe Cimone.
Selain berarti "dari", Min juga mengandung arti lain.
Syekh Ibnu Malik dari
Spanyol, dalam syairnya menjelaskan:
Ba'id wa bayyin wabtadi fil amkinah
Bi MIN wa qad ta'ti li bad'il azminah
Maknailah dengan "sebagian", kata penjelas dan permulaan tempat-
-Dengan MIN. Kadang ia untuk menunjukkan permulaan waktu.
Dari keterangan Ibnu Malik ini, kita bisa mendapatkan gambaran bahwa MIN
pada MIN-al aidin wal faizin tadi menunjukkan kata "sebagian"
(lit-tab'idh ) . Jadi secara harfiyah, minal 'aidin wal-faizin artinya:
BAGIAN DARI ORANG-ORANG YANG KEMBALI DAN ORANG-ORANG YANG MENANG.
Makna kontekstual
dari aspek etimologi,
Minal ‘Aidin dpt diartikan “Semoga kita termasuk orang2 yg kembali kpd fitrah”, yang merupakan “asal kejadian” manusia.
Secara
lengkap, kalimatnya adalah ”Ja alanallahu wa iyyakum minal aidzin wal
faidzin” yang artinya “semoga Allah menjadikan kami dan anda sebagai
orang-orang yang kembali dan menang”. Jadi, minal aidin wal fazin
sendiri berarti dari orang-orang yang kembali (fitri) dan menang. Menang
maksudnya menang melawan hawa nafsu selama puasa
Memang
" Minal Aidin wal faizin" maknanya bukan "mohon maaf lahir batin"...
Makna tidak harus diartikan perkata tapi juga secara kontekstual adalah
kembali fitri termasuk "menyamakan score" dengan saling memaafkan....
Dan
menurut saya tidak ada yg salah dalam hal ini. Hakikatnya kesitu2 juga
--> kembali ke kondisi fitri penciptaan... Yaitu pola hidup yg
mengedepankan ketakwaan, keselarasan,
keseimbangan.
Idul Fitri
Id = Kembali
Fitri = Fitrah =ujud kehidupan menurut penciptanya--> Cosmos/teratur.
Fitrah manusia (30:30)
"maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama Allah; (tetaplah) atas
fitrah Allah yg telah menciptakan manusia manusia menurut fitrah itu...
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yg lurus. Tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui...."
Fitrah
manusia adalah hidup merunduk patuh dengan ajaran Allah..... "Menang
atas hawa nafsu sesaat", kembali bersih dari ego sektoral menuju ego
universal.
.
Sebelum Ruh
ditiupkan dalam janin, telah terikat kontrak dengan Tuhan/Juragan/Bos
Alam semesta--untuk senantiasa hidup patuh dengan ajaranNya)
"Dan
ingatlah ketika Tuhanmu (Allah) mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
:"Bukankah Aku ini Tuhanmu/Juraganmu/Bosmu "? Mereka menjawab :"Betul
(Engkau adalah Tuhan kami), kami menjadi saksi. Kami lakukan yg demikian
agar dihari Kiamat kamu tidak mengatakan : sesunggahnya Kami termasuk
orang2 yg lengah terhadap hal ini...(7:172)
Tubuh kita didesain dengan sempurna seimbang. Hakekat penciptaan adalah kesempurnaan keseimbangan.
82:7--> Penciptaan manusia
"Yg telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan susunan tubuhmu seimbang"
41:11-->Penciptaan Semesta
Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya
:"Datanglah
kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa".
Keduanya menjawab :"Kami datang dengan suka hati"...
67:3
Yg
telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali2 tidak
melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yg tidak seimbang.
Maka lihatlah berulang2 adakah kamu lihat yg tidak seimbang ?
7:54
Sesungguhnya
Tuhan kamu adalah Allah yg telah menciptakan langit dan Bumi dalam 6
masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutup malam kepada siang
yg mengikutinya dengan cepat, dan Matahari, bulan dan bintang2 tunduk
pada PerintahNya.
Ingatlah, menciptakan. Dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta Alam...
Semua
yg ada dilangit dan bumi sudah tunduk patuh/bertasbih kepada Allah,
kecuali kemauan bebas manusia yg bisa Iman atau Ingkar
(91;8-10)--Sesungguhnya Allah mengilhamkan kepada jiwa. Itu jalan
kefasikan dan ketakwaan, sesungguh beruntunglah orang yg mensucikan dan
sesungguhnya merugilah orang yg mengotorinya.
Selamat Idul Fitri 1435 H
"Taqabballahu
Minna wa minkum wa Ja'alnallahu Minal Aidin wal Faizin" (semoga Allah
menerima amalan yang telah aku lakukan dan telah kalian lakukan dan
semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang orang) yg kembali (kepada
fitrah--kepatuhan, keselarasan dan keseimbangan) dan (mendapat)
kemenangan (mengatasi hawa nafsu).
(Dari berbagai sumber)