DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Selasa, 06 Oktober 2015

Sirah Nabawiyah-HAMZAH DAN UMAR MASUK ISLAM (8)



SIRAH NABAWIAH
Dirangkum oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri 




HAMZAH DAN UMAR MASUK ISLAM (8)

Dalam usahanya untuk membendung dakwah Rasulullah saw, kaum musyrikin Quraisy mendatangi paman Nabi, Abu Thalib, dan memintanya untuk menghentikan kegiatan keponakannya itu, karena menurut mereka Muhammad saw telah menjelek-jelekkan kepercayaan mereka dan mencerca tuhan-tuhan mereka.  Tak lupa mereka pun mengancam Abu Thalib bila tidak memenuhi permintaan itu.  Abu Thalib pun mendatangi Rasulullah saw dan menyampaikan permintaan mereka. 
Mendengar ucapan pamannya itu, Rasulullah merasa sedih karena merasa pamannya tak sanggup lagi menolongnya, namun beliau kemudian berkata, “Demi Allah, seandainya mereka itu meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan urusan ini (urusan dakwah), aku tidak akan berhenti sebelum Allah memenangkan agama-Nya atau aku binasa karenanya.” Mendengar perkataan Rasulullah ini Abu Thalib berkata, “Kemenakanku, pergilah dan katakan apa saja yang kamu sukai.  Demi Allah, kamu tidak akan kuserahkan kepada siapapun juga, selamanya.”
Kaum musyrikin Quraisy tidak berhenti di sini.  Mereka datang lagi kepada Abu Thalib untuk mencegah dakwah Rasululullah.  Mereka datang membawa seorang pemuda yang bernama Amarah bin al-Walid bin al-Mugirah.  Mereka berkata, “Wahai Abu Thalib, pemuda ini adalah pemuda yang paling tampan di antara pemuda-pemuda Quraisy.  Ambillah pemuda ini, dan jadikanlah sebagai anak Anda.  Namun serahkan kepada kami kemenakan Anda yang menentang agama Anda dan agama nenek moyang Anda, meninggalkan kelompok masyarakat Anda, dan menjelek-jelekkan kepercayaan mereka, untuk kami bunuh.  Sungguh sama, seorang laki-laki ditukar dengan seorang laki-laki.”  Mendengar perkataan ini Abu Thalib menolak permintaan mereka dan mengatakan tawaran itu sebagai tawaran yang buruk. Bagaimana ia mengambil seorang pemuda untuk ia beri makan dan sebagai gantinya ia memberikan anaknya sendiri untuk mereka bunuh.
Setelah gagal dengan berbagai cara untuk menghalangi dakwah Rasulullah, kaum Quraisy pun sampai pada pemikiran untuk membunuh Nabi saw.  Salah seorang yang melakukan hal ini adalah Utaibah bin Abu Lahab, yang datang kepada beliau, kemudian menyakiti beliau, dan meludahi wajah beliau, namun ludahnya tak sampai pada wajah beliau.  Ketika itu, Nabi saw mendoakan keburukan untuknya, beliau berkata, “Ya Allah, kuasakanlah salah seorang singa-Mu kepadanya.”  Doa tersebut dikabulkan Allah.  Suatu hari ketika Utaibah melakukan perjalanan dengan teman-temannya dan sampai di wilayah Syam, di tengah malam mereka dikepung oleh seekor singa.  Singa itu menerkam Utaibah di hadapan teman-temannya.
Ada lagi orang yang menyiksa Rasulullah, ia adalah Uqbah bin Abi Mu’ith. Ia menginjak leher beliau ketika beliau sedang bersujud, sehingga kedua matanya hampir keluar.
Usaha lain untuk membunuh Nabi dilakukan Abu Jahal.  Suatu hari ia mengambil batu, kemudian duduk menanti Rasulullah saw.  Rasulullah datang sebagaimana biasanya lalu melakukan shalat.    Ketika beliau sedang sujud, Abu Jahal mengangkat batu itu, kemudiian menuju ke arah beliau.  Namun ketika ia telah sampai ke dekat Rasulullah saw, ia berbalik ketakutan dan kedua tangannya tak sanggup lagi menahan batu itu sehingga ia melemparkannya.  Ketika ditanya oleh kaumnya yang saat itu menyaksikan, apa yang terjadi dengan dirinya, Abu Jahal menjawab bahwa ia telah melihat di dekat Rasulullah seekor onta jantan.  Ia sama sekali belum pernah melihat onta jantan seperti itu, baik kepala, pangkal leher maupun taringnya.  Onta itu hampir menerkamnya.  Setelah itu dalam sebuah riwayat Rasulullah mengatakan bahwa yang dilihat oleh Abu Jahal itu adalah malaikat Jibril as.  Seandainya Abu Jahal mendekatinya, Jibril pasti akan menerkamnya.
Dalam suasana gelap yang diliputi oleh berbagai kezhaliman, cahaya petir menerangi jalan orang-orang muslim yang tertindas.  Yakni Hamzah bin Abdul Muththalib memeluk Islam, pada akhir tahun kenabian.  Suatu hari, Abu Jahal melewati Rasulullah saw di bukit Shafa, kemudian memaki-maki dan menghina beliau, dan akhirnya memukul kepala beliau dengan batu sampai bercucuran darah.  Seseorang kemudian melaporkan hal ini kepada Hamzah ketika Hamzah baru pulang dari berburu dan masih memegang busur panahnya.  Mendengar kabar ini Hamzah langsung mendatangi Abu Jahal, dan berkata kepadanya, “Kamu berani memaki-maki kemenakanku?  Ketahuilah, aku telah memeluk agamanya.”  Kemudian Hamzah memukulnya dengan busur dengan pukulan yang kuat.  Abu Jahal tak melawannya, mungkin karena sadar dengan perbuatannya atau karena tidak berani menghadapi Hamzah.  Begitulah, awalnya Hamzah memeluk Islam  karena tak sudi kemenakannya dihina dan disiksa orang, namun Allah kemudian membukakan dadanya sehingga ia menjadi orang yang berpegang teguh pada Islam dan menjadi pahlawan Islam di perang-perang yang dilalui kaum muslimin kelak.
Cahaya petir lain muncul lebih terang daripada cahaya petir yang pertama, di tengah suasana gelap kezhaliman yang meliputi kaum muslimin, adalah masuk Islamnya Umar Ibnul Khaththab, pada tahun keenam kenabian.  Ia adalah orang yang berwatak keras, dan banyak mengganggu kaum muslimin dalam menjalankan agamanya.  Namun di sisi lain ia juga berada dalam keraguan, dan sering berfikir bahwa bukan tidak mungkin Islam adalah agama yang benar. Suatu hari ia keluar dari rumahnya sambil menyandang pedang dengan tujuan membunuh Nabi saw.  Di tengah jalan ia bertemu seseorang yang mengatakan bahwa kenapa ia akan melakukan hal itu, tidakkah ia (Umar) tahu bahwa adiknya sendiri dan suaminya telah masuk Islam.  Mendengar perkataan ini Umar langsung berbalik arah dan mendatangi adiknya, Fatimah,  di rumahnya.  Ternyata di rumahnya Fatimah dan suaminya sedang membaca Al-Quran surat Taha dari lembaran-lembaran Quran (shahifah).  Umar yang telah mendengarnya dari luar masuk ke rumah dan bertanya apa yang sedang mereka lakukan.  Karena tahu karakter Umar mereka tidak mengaku telah membaca Al-Quran.  Adik iparnya berkata kepadanya bagaimana seandainya kebenaran tidak berada pada agama yang dipeluk Umar.  Mendengar perkataan ini Umar menendang suami Fatimah dengan kencang, dank ketika Fatimah hendak menolong suaminya Umar pun menampar adiknya itu sampai berdarah. 
Fatimah yang kesakitan akhirnya berkata, “Umar, jika kebenaran berada di luar agamamu, saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah kecuali Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”  Mendengar ini dan setelah reda dari marahnya serta merasa malu telah menampar adiknya sendiri, ia kemudian meminta Fatimah untuk memberikan lembaran yang selama ini disembunyikannya.  Adiknya kemudian memintanya untuk mandi karena lembaran itu tak dapat disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci.  Setelah mandi Umar membaca lembaran tersebut.   “Bismillahirrahmanirrahim.” Umar berkata, “nama-nama yang baik dan suci”.  Ia melanjutkan, “Taha. Maa anzalnaa ‘alaikal qurana litasqaa.. sampai pada ayat “Innanii laa ilaaha illa ana fa’budnii wa aqimish shalaati lidzikrii”  (Taha.  Tidaklah Kami turunkan Al-Quran ini kepadamu untuk membuatmu susah.....  Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah selain Aku.  Maka, sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku)”  Umar tergetar membaca ayat-ayat ini, dan berkata, “Alangkah bagusnya kata-kata ini , dan alangkah mulianya.  Antarkan aku kepada Muhammad.” 
Umar pun diantar ke tempat di mana Rasulullah sedang berada, dan masuk Islam.  Memang sebelum kejadian ini Rasulullah pernah berdoa kepada Allah sebagai berikut, “Ya Allah muliakanlah Islam dengan salah seorang yang paling Engkau cintai di antara dua orang: Umar bin Khaththab atau Abu Jahal.”  Ternyata doa Rasulullah saw tersebut jatuh kepada Umar bin Khattab.  
 

Tidak ada komentar: