SIRAH
NABAWIAH
Dirangkum
oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman
Mubarakfuri
HAMZAH DAN UMAR MASUK ISLAM (8)
Dalam usahanya untuk membendung dakwah Rasulullah
saw, kaum musyrikin Quraisy mendatangi paman Nabi, Abu Thalib, dan memintanya
untuk menghentikan kegiatan keponakannya itu, karena menurut mereka Muhammad
saw telah menjelek-jelekkan kepercayaan mereka dan mencerca tuhan-tuhan
mereka. Tak lupa mereka pun mengancam Abu Thalib bila tidak memenuhi
permintaa
n
itu. Abu Thalib pun mendatangi Rasulullah saw dan menyampaikan permintaan
mereka.
Mendengar ucapan pamannya itu, Rasulullah merasa
sedih karena merasa pamannya tak sanggup lagi menolongnya, namun beliau
kemudian berkata, “Demi Allah, seandainya mereka itu meletakkan matahari di
tangan kananku dan bulan di tangan kiriku supaya aku menghentikan urusan ini
(urusan dakwah), aku tidak akan berhenti sebelum Allah memenangkan agama-Nya
atau aku binasa karenanya.” Mendengar perkataan Rasulullah ini Abu Thalib
berkata, “Kemenakanku, pergilah dan katakan apa saja yang kamu sukai.
Demi Allah, kamu tidak akan kuserahkan kepada siapapun juga, selamanya.”
Kaum musyrikin Quraisy tidak berhenti di
sini. Mereka datang lagi kepada Abu Thalib untuk mencegah dakwah
Rasululullah. Mereka datang membawa seorang pemuda yang bernama Amarah
bin al-Walid bin al-Mugirah. Mereka berkata, “Wahai Abu Thalib, pemuda
ini adalah pemuda yang paling tampan di antara pemuda-pemuda Quraisy.
Ambillah pemuda ini, dan jadikanlah sebagai anak Anda. Namun serahkan
kepada kami kemenakan Anda yang menentang agama Anda dan agama nenek moyang
Anda, meninggalkan kelompok masyarakat Anda, dan menjelek-jelekkan kepercayaan
mereka, untuk kami bunuh. Sungguh sama, seorang laki-laki ditukar dengan
seorang laki-laki.” Mendengar perkataan ini Abu Thalib menolak permintaan
mereka dan mengatakan tawaran itu sebagai tawaran yang buruk. Bagaimana ia
mengambil seorang pemuda untuk ia beri makan dan sebagai gantinya ia memberikan
anaknya sendiri untuk mereka bunuh.
Setelah gagal dengan berbagai cara untuk
menghalangi dakwah Rasulullah, kaum Quraisy pun sampai pada pemikiran untuk
membunuh Nabi saw. Salah seorang yang melakukan hal ini adalah Utaibah
bin Abu Lahab, yang datang kepada beliau, kemudian menyakiti beliau, dan
meludahi wajah beliau, namun ludahnya tak sampai pada wajah beliau.
Ketika itu, Nabi saw mendoakan keburukan untuknya, beliau berkata, “Ya Allah,
kuasakanlah salah seorang singa-Mu kepadanya.” Doa tersebut dikabulkan
Allah. Suatu hari ketika Utaibah melakukan perjalanan dengan
teman-temannya dan sampai di wilayah Syam, di tengah malam mereka dikepung oleh
seekor singa. Singa itu menerkam Utaibah di hadapan teman-temannya.
Ada lagi orang yang menyiksa Rasulullah, ia
adalah Uqbah bin Abi Mu’ith. Ia menginjak leher beliau ketika beliau sedang
bersujud, sehingga kedua matanya hampir keluar.
Usaha lain untuk membunuh Nabi dilakukan Abu
Jahal. Suatu hari ia mengambil batu, kemudian duduk menanti Rasulullah
saw. Rasulullah datang sebagaimana biasanya lalu melakukan
shalat. Ketika beliau sedang sujud, Abu Jahal mengangkat batu
itu, kemudiian menuju ke arah beliau. Namun ketika ia telah sampai ke
dekat Rasulullah saw, ia berbalik ketakutan dan kedua tangannya tak sanggup
lagi menahan batu itu sehingga ia melemparkannya. Ketika ditanya oleh
kaumnya yang saat itu menyaksikan, apa yang terjadi dengan dirinya, Abu Jahal
menjawab bahwa ia telah melihat di dekat Rasulullah seekor onta jantan.
Ia sama sekali belum pernah melihat onta jantan seperti itu, baik kepala,
pangkal leher maupun taringnya. Onta itu hampir menerkamnya.
Setelah itu dalam sebuah riwayat Rasulullah mengatakan bahwa yang dilihat oleh
Abu Jahal itu adalah malaikat Jibril as. Seandainya Abu Jahal mendekatinya,
Jibril pasti akan menerkamnya.
Dalam suasana gelap yang diliputi oleh berbagai
kezhaliman, cahaya petir menerangi jalan orang-orang muslim yang
tertindas. Yakni Hamzah bin Abdul Muththalib memeluk Islam, pada akhir
tahun kenabian. Suatu hari, Abu Jahal melewati Rasulullah saw di bukit
Shafa, kemudian memaki-maki dan menghina beliau, dan akhirnya memukul kepala
beliau dengan batu sampai bercucuran darah. Seseorang kemudian melaporkan
hal ini kepada Hamzah ketika Hamzah baru pulang dari berburu dan masih memegang
busur panahnya. Mendengar kabar ini Hamzah langsung mendatangi Abu Jahal,
dan berkata kepadanya, “Kamu berani memaki-maki kemenakanku? Ketahuilah,
aku telah memeluk agamanya.” Kemudian Hamzah memukulnya dengan busur
dengan pukulan yang kuat. Abu Jahal tak melawannya, mungkin karena sadar
dengan perbuatannya atau karena tidak berani menghadapi Hamzah.
Begitulah, awalnya Hamzah memeluk Islam karena tak sudi kemenakannya
dihina dan disiksa orang, namun Allah kemudian membukakan dadanya sehingga ia
menjadi orang yang berpegang teguh pada Islam dan menjadi pahlawan Islam di
perang-perang yang dilalui kaum muslimin kelak.
Cahaya petir lain muncul lebih terang daripada
cahaya petir yang pertama, di tengah suasana gelap kezhaliman yang meliputi
kaum muslimin, adalah masuk Islamnya Umar Ibnul Khaththab, pada tahun keenam
kenabian. Ia adalah orang yang berwatak keras, dan banyak mengganggu kaum
muslimin dalam menjalankan agamanya. Namun di sisi lain ia juga berada
dalam keraguan, dan sering berfikir bahwa bukan tidak mungkin Islam adalah
agama yang benar. Suatu hari ia keluar dari rumahnya sambil menyandang pedang
dengan tujuan membunuh Nabi saw. Di tengah jalan ia bertemu seseorang
yang mengatakan bahwa kenapa ia akan melakukan hal itu, tidakkah ia (Umar) tahu
bahwa adiknya sendiri dan suaminya telah masuk Islam. Mendengar perkataan
ini Umar langsung berbalik arah dan mendatangi adiknya, Fatimah, di
rumahnya. Ternyata di rumahnya Fatimah dan suaminya sedang membaca
Al-Quran surat Taha dari lembaran-lembaran Quran (shahifah). Umar yang
telah mendengarnya dari luar masuk ke rumah dan bertanya apa yang sedang mereka
lakukan. Karena tahu karakter Umar mereka tidak mengaku telah membaca
Al-Quran. Adik iparnya berkata kepadanya bagaimana seandainya kebenaran tidak
berada pada agama yang dipeluk Umar. Mendengar perkataan ini Umar
menendang suami Fatimah dengan kencang, dank ketika Fatimah hendak menolong
suaminya Umar pun menampar adiknya itu sampai berdarah.
Fatimah yang kesakitan akhirnya berkata, “Umar, jika
kebenaran berada di luar agamamu, saya bersaksi bahwa tidak ada Ilah kecuali
Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Mendengar
ini dan setelah reda dari marahnya serta merasa malu telah menampar adiknya
sendiri, ia kemudian meminta Fatimah untuk memberikan lembaran yang selama ini
disembunyikannya. Adiknya kemudian memintanya untuk mandi karena lembaran
itu tak dapat disentuh kecuali oleh orang-orang yang suci. Setelah mandi
Umar membaca lembaran tersebut. “Bismillahirrahmanirrahim.” Umar
berkata, “nama-nama yang baik dan suci”. Ia melanjutkan, “Taha. Maa
anzalnaa ‘alaikal qurana litasqaa.. sampai pada ayat “Innanii laa ilaaha illa
ana fa’budnii wa aqimish shalaati lidzikrii” (Taha. Tidaklah Kami
turunkan Al-Quran ini kepadamu untuk membuatmu susah..... Sesungguhnya
Aku ini adalah Allah, tidak ada Ilah selain Aku. Maka, sembahlah Aku dan
dirikanlah shalat untuk mengingat Aku)” Umar tergetar membaca ayat-ayat
ini, dan berkata, “Alangkah bagusnya kata-kata ini , dan alangkah mulianya.
Antarkan aku kepada Muhammad.”
Umar pun diantar ke tempat di mana Rasulullah
sedang berada, dan masuk Islam. Memang sebelum kejadian ini Rasulullah
pernah berdoa kepada Allah sebagai berikut, “Ya Allah muliakanlah Islam dengan
salah seorang yang paling Engkau cintai di antara dua orang: Umar bin Khaththab
atau Abu Jahal.” Ternyata doa Rasulullah saw tersebut jatuh kepada Umar
bin Khattab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar