DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Selasa, 06 Oktober 2015

Sirah Nabawiyah-DAKWAH KEPADA KABILAH-KABILAH ARAB (10)



SIRAH NABAWIAH
Dirangkum oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri 




DAKWAH KEPADA KABILAH-KABILAH ARAB (10)

Pada bulan Syawwal di tahun kesepuluh kenabian, setelah meninggalnya Khadijah, Rasulullah saw menikahi Saudah bin Zam’ah. Saudah termasuk orang yang telah lama memeluk Islam, dan ikut berhijrah ke Habasyah dalam rombongan yang kedua.  Saudah adalah janda dari Sukran bin Amru, yang juga berhijrah bersama Saudah namun meninggal di Habasyah.  Setelah itu, Rasulullah meminangnya dan menikahinya.  
Pada bulan yang sama Rasululullah saw keluar menuju Tha’if.  Jarak antara Tha’if dan Mekkah sekitar enam puluh mil.  Perjalanan tersebut beliau tempuh dengan berjalan kaki, pulang-pergi.  Beliau ditemani oleh Zaid bin Haritsah, budak beliau yang kemudian beliau angkat sebagai anak.  Setiap melewati suatu kabilah di jalan, beliau serukan Islam kepada mereka, namun tidak ada seorang pun yang menyambutnya.  Rasulullah berada di Tha’if selama sepuluh hari.  Selama itu, beliau mendatangi dan mengajak seluruh pemuka mereka.  Namun mereka mengatakan, “Keluarlah kamu dari daerah kami!”  Kemudian, mereka mengerahkan orang-orang bodoh mereka.  Ketika hendak keluar, beliau diikuti oleh orang-orang bodoh itu dan budak-budak mereka yang berteriak-teriak mencaci-maki beliau.  Mereka berbaris sambil melempari beliau dengan batu sehingga kedua sandalnya terwarnai dengan darah.  Zaid bin Haritsah berusaha keras melindungi beliau dengan dirinya walaupun ia sendiri terluka pada kepalanya.  Dalam penuturannya kepada ‘Aisyah, Rasulullah bercerita tentang apa yang beliau alami di Thai’fi: “Dalam perjalanan pulang ke Mekkah dari Tha’if, aku mengangkat kepalaku dan terlihat awan yang menaungiku.  Ternyata di atas Jibril memanggilku, dan berkata, ‘Allah telah mengutus seorang malaikat pengurus gunung kepadamu untuk kamu perintahkan sesuai dengan kehendakmu terhadap mereka (penduduk Tha’if).  Malaikat pengurus gunung itupun memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku, lalu berkata, ‘Muhammad, begitulah, terserah kamu.  Jika kamu mau, akan aku tutupkan kepada mereka dua gunung Mekkah (yaitu gunung Abu Qubais dan gunung Qa’iqa’an yang saling berhadapan).”  Namun Rasulullah berkata, “Janganlah kau lakukan, tetapi saya berharap semoga Allah ‘Azza wa Jalla melahirkan dari keturunan mereka orang-orang yang hanya beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.”
Demikian jawaban Rasulullah terhadap tawaran malaikat pengurus gunung itu, yang darinya tampak jelas kepribadian beliau yang sangat istimewa dan akhlak beliau yang mulia.  Beliau tidak mendendam kepada orang-orang yang telah melukainya melainkan mendoakan kebaikan untuk mereka.   
Pada bulan Dzul Qa’adah tahun kesepuluh kenabian, Rasulullah saw kembali ke Mekkah, untuk memulai menawarkan Islam kepada kabilah-kabilah dan pribadi-pribadi, sehubungan dengan hampir tibanya musim haji.  Pada musim haji itu, orang-orang berdatangan ke Mekkah dari berbagai penjuru dengan berjalan kaki dan mengendarai onta.  Maka Rasulullah saw pun memanfaatkan kesempatan tersebut.  Beliau mendatangi setiap kabilah, untuk menawarkan Islam dan berdakwah kepada mereka.  Ada sekitar 15 (lima belas) kabilah yang didatangi Rasulullah pada waktu itu. Namun, tidak ada seorang pun dari mereka yang menyambut seruan beliau tersebut. 
Di samping kepada kabilah-kabilah, Rasulullah saw juga menawarkan Islam kepada pribadi-pribadi.  Di antara orang-orang yang beliau ajak tersebut, ada yang menyambutnya dengan baik, dan beberapa orang lelaki beriman kepadanya, tidak lama setelah musim haji berakhir.  Di antara mereka adalah:
1.       Suwaid bin Shamit, seorang penyair dari Yatsrib (Madinah).  Ia datang ke Mekkah dalam rangka melakukan haji dan umrah, kemudian diserukan Islam kepadanya oleh Rasulullah saw.  Ketika beliau membacakan Al-Quran dan menyerukan Islam kepadanya, ia berkata, “Sesungguhnya ini adalah perkataan yang bagus.”  Ia masuk Islam pada awal tahun kesebelas kenabian.   
2.       Iyyas bin Mu’adz, seorang pemuda dari Yatsrib.  Awalnya ia datang ke Mekkah bersama rombongan kabilah Aus, dalam rangka mencari sekutu di antara orang-orang Quraisy untuk menghadapi kabilah Khazraj yang memang telah bermusuhan dalam waktu yang lama dengan kabilah Aus.  Setelah ia dan rombongannya pulang ke Yatsrib, Iyyas meninggal.  Namun sebelum kematiannya, ia bertahlil, bertakbir, dan bertahmid.  Kaumnya tidak meragukan bahwa Iyyas mati dalam keadaan muslim.  
3.       Abu Dzar al-Ghifari, salah seorang penduduk Yatsrib.  Ia datang sendirian ke Mekkah khusus unuk menemui Rasulullah saw yang telah ia dengar mengaku sebagai seorang nabi.  Setelah menemui Rasulullah dan mendapat penerangan tentang Islam dari beliau ia pun masuk Islam.  Setelah itu, walau diperintah Nabi untuk menyembunyikan keislamannya, Abu Dzar datang ke tempat berkumpulnya orang-orang Quraisy dan menyatakan keislamannya.  Kontan saja ia dihajar oleh mereka dan hampir saja dibunuh, kalau tidak ditolong oleh Abbas, yang mengatakan bahwa Abu Dzar adalah seseorang yang berasal dari Ghifar, tempat lalu lintas perdagangan suku Quraisy.  Kalau sampai Abu Dzar mati di tangan suku Quraisy, pasti mereka akan kesulitan melintasi  Ghifar.  Akhirnya mereka pun melepaskan Abu Dzar. 
4.       Tufail bin Amru ad-Dausi, seorang terhormat, pimpinan kabilah Daus.  Setelah menemui Rasulullah ia pun menerima seruannya dan masuk Islam. Tufail kemudian pulang ke kabilahnya dan mulai mendakwahkan Islam kepada orang tua dan istrinya serta kaumnya kepada Islam, sehingga kelak ia mengislamkan sekitar tujuh puluh atau delapan puluh keluarga dari kaumnya.  Kelak ia ikut berjuang mempertahankan Islam dan mati syahid dalam perang Yamamah.
5.       Dhamad al-Azdi, seseorang dari Bani Azd Syanu’ah dari Yaman.  Ia adalah seorang yang suka merukyah (menyembuhkan orang gila). Ketika ia datang ke Mekkah, ia mendengar dari orang-orang bodoh tentang Muhammad saw yang katanya orang gila.  Ia kemudian datang kepada Nabi Muhammad dengan maksud menyembuhkannya (dalam fikirannya).  Namun ketika ia menemui beliau dan mendengar kata-kata beliau tentang Islam, ia justru menjadi tertarik dan berkata, “Aku telah mendengar perkataan dukun, perkataan tukang sihir, dan perkataan penyair.  Namun aku belum pernah mendengar perkataan seperti perkataanmu ini.  Perkataan itu telah mencapai lautan.  Ulurkan tanganmu, aku akan membai’atmu atas Islam. “  Dhamad pun kemudian membai’at beliau. 
Pada musim haji tahun kesebelas dari kenabian (Juli 620 M), dakwah Islam menemukan bibit-bibit yang baik.  Tidak lama kemudian, bibit-bibit tersebut berubah menjadi pohon yang tinggi, dijadikan sebagai tempat bernaung oleh kaum Muslimin dari berbagai kezhaliman, selama bertahun-tahun. 
Pada suatu malam, dalam perjalanannya bersama Abu Bakar dan Ali untuk mendakwahkan Islam secra diam-diam kepada kabilah-kabilah, Rasulullah saw bertemu dengan enam orang pemuda yang berasal dari Yatsrib, dari kabilah Khazraj.  Atas persetujuan mereka, Nabi pun kemudian mulai menjelaskan hakikat Islam kepada mereka berikut dakwahnya, mengajak mereka kepada Allah Azza Wa Jalla, dan membacakan Al-Quran kepada mereka. 
Para pemuda itu adalah cendekiawan Yatsrib. Mereka telah mengalami perang saudara yang belum lama berlalu, yaitu peperangan antara kaum Khazraj dan kaum Aus, suatu peperangan yang apinya terus berkobar.  Mereka berharap semoga dakwah Rasulullah saw ini menjadi penyebab bagi terhentinya peperangan tersebut.  Mereka berkata, “Sesungguhnya kami adalah kaum yang masih memiliki rasa permusuhan satu sama lain.  Mudah-mudahan Allah menyatukan kami melalui Anda.  Kami akan mendatangi kaum kami dengan membawa apa yang telah kami terima dari Anda.  Apabila Allah menyatukan mereka melalui Anda, maka tidak ada orang yang lebih mulia daripada Anda.”  Para pemuda itupun menyatakan keislamannya kepada Rasulullah, dan setelah pulang ke Madinah, mereka mendakwahkan Islam kepada kaum mereka, sehingga di antara rumah-rumah kaum mereka (yang kemudian disebut kaum Anshar) tidak ada satu rumah pun yang tidak menyebutkan Rasulullah.

 

Tidak ada komentar: