Dicopas dari Email Wildi Khalid KEI
Rasulullah
SAW bersabda, “Apabila
seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu, puasa bulan
Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia
diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka
(sesuai pilihannya),”
(HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).
Percakapan ringan sore hari…….
Di waktu sore hari…ku dapati Ibu sedang sibuk
memasak di dapur.
“Ibu masak apa? Bisa ku bantu?”
“Ini masak gurame goreng. Sama sambal tomat kesukaan
Bapak” sahutnya.
“Alhamdulillah.. mantab pasti.. Eh Bu.. calon
istriku kayaknya dia tidak bisa masak loh…”
“Iya terus kenapa..?” Sahut Ibu.
“Ya tidak kenapa-kenapa sih Bu.. hanya cerita saja,
biar ibu tak kecewa, hehehe”..
“Apa kamu pikir bahwa memasak, mencuci, menyapu, mengurus
rumah dan lain lain itu kewajiban wanita?
”Aku menatap Ibu dengan tak paham.
Lalu beliau melanjutkan: “Ketahuilah Nak, itu semua
adalah kewajiban lelaki. Kewajiban kamu nanti kalau sudah beristri,” katanya
sambil menyentil hidungku.
“Lho, bukankah Ibu setiap hari melakukannya?”Aku
masih tak paham juga.
“Kewajiban istri adalah taat dan mencari ridho
suami.” kata Ibu.
“Karena bapakmu mungkin tidak bisa mengurusi rumah,
maka Ibu bantu mengurusi semuanya. Bukan atas nama kewajiban, tetapi sebagai
wujud cinta dan juga wujud istri yang mencari ridho suaminya…..”Saya makin
bingung Bu.
“Baik, anandaku sayang. Ini ilmu buat kamu yang mau
menikah.
”Beliau berbalik menatap mataku. “Menurutmu,
pengertian nafkah itu seperti apa? Bukankah kewajiban lelaki untuk menafkahi
istri? Baik itu sandang, pangan, dan papan?” tanya ibu.
“Iya tentu saja Bu..”“Pakaian yang bersih adalah
nafkah. Sehingga mencuci adalah kewajiban suami. Makanan adalah nafkah. Maka
kalau masih berupa beras, itu masih setengah nafkah. Karena belum bisa di
makan. Sehingga memasak adalah kewajiban suami. Lalu menyiapkan rumah tinggal
adalah kewajiban suami. Sehingga kebersihan rumah adalah kewajiban suami.
”Mataku membelalak mendengar uraian Bundaku cerdas
kebanggaanku ini.“Waaaaah.. sampai segitunya Bu..?
Lalu jika itu semua kewajiban Suami. Kenapa Ibu
tetap melakukan itu semuanya tanpa menuntut Bapak sekalipun?”
“Karena Ibu juga seorang istri yang mencari ridho
dari suaminya. Ibu juga mencari pahala agar selamat di akhirat sana. Karena ibu
mencintai ayahmu, mana mungkin ibu tega menyuruh ayahmu melakukan semuanya.
Jika ayahmu berpunya mungkin pembantu bisa jadi solusi. Tapi jika belum ada,
ini adalah ladang pahala untuk Ibu.
Dari
Abdullah bin Salam ra, Rasullullah SAW. Bersabda :
“ Sebaik-baik istri yaitu yang menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu
ketika kamu suruh, menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi .“ ( HR.
Thabrani )
”Aku hanya diam terpesona.
“Pernah dengar cerita Fatimah yang meminta pembantu
kepada Ayahandanya, Nabi, karena tangannya lebam menumbuk tepung? Tapi Nabi
tidak memberinya.
Atau pernah dengar juga saat Umar bin Khatab diomeli
istrinya? Umar diam saja karena beliau tahu betul bahwa wanita kecintaannya
sudah melakukan tugas macam-macam yang sebenarnya itu bukanlah tugas si istri.”
“Iya Buu…”Aku mulai paham, “Jadi laki-laki selama
ini salah sangka ya Bu, seharusnya setiap lelaki berterimakasih pada istrinya.
Lebih sayang dan lebih menghormati jerih payah Istri.”Ibuku tersenyum.
“Eh... Pertanyaanku lagi Bu, kenapa ibu tetap mau
melakukan semuanya padahal itu bukan kewajiban Ibu?”
“Menikah bukan hanya soal menuntut hak kita, nak.
Istri menuntut suami, atau sebaliknya. Tapi banyak hal lain. Menurunkan ego.
Menjaga keharmonisan. Mau sama mengalah. Kerja sama. Kasih sayang. Cinta. Dan
persahabatan. Menikah itu perlombaan untuk berusaha melakukan yang terbaik satu
sama lain. Yang wanita sebaik mungkin membantu suaminya. Yang lelaki sebaik
mungkin membantu istrinya. Toh impiannya rumah tangga sampai surga”…
“Masya Allah…. eeh kalo calon istriku tahu hal ini
lalu dia jadi malas ngapa-ngapain, gimana Bu?”
“Wanita beragama yang baik tentu tahu bahwa ia harus
mencari keridhoan Suaminya.Sehingga tidak mungkin setega itu. Sedang lelaki
beragama yang baik tentu juga tahu bahwa istrinya telah banyak membantu.
Sehingga tidak ada cara lain selain lebih mencintainya.”
Dari Abu
Sa’id ra, Nabi SAW. Bersabda : “ Sesungguhnya seorang suami melihat istrinya (
Dengan kasih sayang ) dan istrinya pun melihatnya ( Dengan kasih sayang pula ),
Maka Allah melihat
keduanya dengan pandangan kasih sayang, Dan bila suami
memegang telapak tangan istrinya, maka dosa-dosa mereka keluar
dari celah jari-jari tangan mereka.” ( HR. Rafi’I )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar