SIRAH NABAWIAH
Dirangkum oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri
Kelahiran dan Masa Kecil Muhammad saw (1)
"Sungguh,
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS Al-Ahzab: 71).
Nabi
Muhammad saw lahir di tengah-tengah keluarga Bani Hasyim, di kota
Mekkah, Negeri Arab, pada hari Senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awwal
(sebagian pendapat menyatakan 12 Rabi’ul Awwal), bertepatan dengan
tanggal 20 April 571 M. Ibunya bernama Aminah binti Wahab, sedangkan ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muththalib. Muhammad saw lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya tersebut telah meninggal sebelum ia lahir. Nama “Muhammad” diberikan oleh kakeknya yang bernama Abdul Muththalib. Saat kelahiran bayi Muhammad ia sedang melakukan thawaf di Ka’bah. Begitu
mendengar kabar gembira tentang kelahiran cucunya tersebut, ia langsung
mengambil sang bayi dan membawanya ke depan Ka’bah, kemudian berdo’a
dan bersyukur atas kelahiran cucunya tersebut. Ia kemudian menamainya “Muhammad”.
Sudah
merupakan kebiasaan kaum Arab yang hidup di perkotaan untuk mencari ibu
susu bagi anak-anaknya dan menitipkan mereka pada ibu-ibu susu itu
untuk tinggal di pedesaan, agar anak-anaknya terhindar dari berbagai
penyakit peradaban di kota, memperkuat fisik mereka, dan agar mereka
dapat mempelajari Bahasa Arab yang fasih sejak kecil. Demikian
juga bayi Muhammad dititipkan oleh Abdul Muththalib kepada seorang
wanita dari Bani Sa’d bin Bakr, yang bernama Halimah binti Abu Dzuaib.
Karena
kehendak Allah, diambilnya bayi Muhammad saw oleh Ibu Halimah banyak
mendatangkan berkah bagi keluarga dan kaumnya, walau pada awalnya tak
ada wanita yang berminat mengambilnya sebagai anak susu, berhubung
statusnya sebagai anak yatim sehingga mereka (para wanita calon ibu susu
itu) tak dapat mengharapkan imbalan dari ayah si bayi. Berkah
yang dimaksu di antaranya, kambing-kambing keluarga Halimah banyak
mengeluarkan susu, sehingga mereka tak pernah kekurangan susu, sedangkan
kambing-kambing keluarga lain tidak mengeluarkan susu karena kondisi
bumi perkampungan Bani Sa’d yang tandus.
Ketika
Muhammad saw berusia 4 atau 5 tahun dan masih tinggal dengan Ibu
Halimah, terjadilah suatu peristiwa yang aneh pada dirinya. Pada
saat ia sedang menggembala kambing bersama seorang anak Halimah, ia
didatangi oleh dua orang laki-laki yang berpakaian putih, yang kemudian
menangkapnya, membawanya ke suatu tempat, dan membelah dadanya. Mereka kemudian mengambil segumpal darah hitam dari hatinya dan membuangnya. Salah seorang dari kedua laki-laki itu berkata, “Inilah bagian syetan yang ada dalam tubuhmu.”
Imam Muslim meriwayatkan bahwa kedua laki-laki itu adalah malaikat dan salah seorangnya adalah malaikat Jibril. Setelah
kejadian itu, karena khawatir akan keselamatan Muhammad saw, Ibu
Halimah mengembalikan Muhammad saw ke ibu kandungnya Aminah.
Suatu waktu, Aminah bermaksud berziarah ke kuburan mendiang suaminya di Yatsrib (Madinah). Ia pergi bersama putranya Muhammad saw, pembantunya yang bernama Ummu Aiman, dan mertuanya Abdul Muththalib. Muhammad saw waktu itu berusia lebih kurang 6 tahun.
Takdir
Allah Swt tak dapat dihalangi, dalam perjalanan pulang ke Mekkah
setelah ziarah tersebut, Aminah jatuh sakit dan meninggal di sebuah
dusun bernama Abwa’. Demikianlah, pada usia 6 tahun Muhammad saw telah menjadi seorang yatim-piatu, tak punya ayah dan tak punya ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar