DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Rabu, 08 Juli 2015

Sirah Nabawiyah-Kelahiran dan Masa Kecil Muhammad saw (1)

SIRAH NABAWIAH
Dirangkum oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri 
 
Kelahiran dan Masa Kecil Muhammad saw (1)
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (QS Al-Ahzab: 71).
Nabi Muhammad saw lahir di tengah-tengah keluarga Bani Hasyim, di kota Mekkah, Negeri Arab, pada hari Senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awwal (sebagian pendapat menyatakan 12 Rabi’ul Awwal), bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M.  Ibunya bernama Aminah binti Wahab, sedangkan ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muththalib.  Muhammad saw lahir dalam keadaan yatim, karena ayahnya tersebut telah meninggal sebelum ia lahir.  Nama “Muhammad” diberikan oleh kakeknya yang bernama Abdul Muththalib.  Saat kelahiran bayi Muhammad ia sedang melakukan thawaf di Ka’bah.  Begitu mendengar kabar gembira tentang kelahiran cucunya tersebut, ia langsung mengambil sang bayi dan membawanya ke depan Ka’bah, kemudian berdo’a dan bersyukur atas kelahiran cucunya tersebut.  Ia kemudian menamainya “Muhammad”.
Sudah merupakan kebiasaan kaum Arab yang hidup di perkotaan untuk mencari ibu susu bagi anak-anaknya dan menitipkan mereka pada ibu-ibu susu itu untuk tinggal di pedesaan, agar anak-anaknya terhindar dari berbagai penyakit peradaban di kota, memperkuat fisik mereka, dan agar mereka dapat mempelajari Bahasa Arab yang fasih sejak kecil.  Demikian juga bayi Muhammad dititipkan oleh Abdul Muththalib kepada seorang wanita dari Bani Sa’d bin Bakr, yang bernama Halimah binti Abu Dzuaib.
Karena kehendak Allah, diambilnya bayi Muhammad saw oleh Ibu Halimah banyak mendatangkan berkah bagi keluarga dan kaumnya, walau pada awalnya tak ada wanita yang berminat mengambilnya sebagai anak susu, berhubung statusnya sebagai anak yatim sehingga mereka (para wanita calon ibu susu itu) tak dapat mengharapkan imbalan dari ayah si bayi.  Berkah yang dimaksu di antaranya, kambing-kambing keluarga Halimah banyak mengeluarkan susu, sehingga mereka tak pernah kekurangan susu, sedangkan kambing-kambing keluarga lain tidak mengeluarkan susu karena kondisi bumi perkampungan Bani Sa’d yang tandus.
Ketika Muhammad saw berusia 4 atau 5 tahun dan masih tinggal dengan Ibu Halimah, terjadilah suatu peristiwa yang aneh pada dirinya.  Pada saat ia sedang menggembala kambing bersama seorang anak Halimah, ia didatangi oleh dua orang laki-laki yang berpakaian putih, yang kemudian menangkapnya, membawanya ke suatu tempat, dan membelah dadanya.  Mereka kemudian mengambil segumpal darah hitam dari hatinya dan membuangnya.  Salah seorang dari kedua laki-laki itu berkata, “Inilah bagian syetan yang ada dalam tubuhmu.” 
Imam Muslim meriwayatkan bahwa kedua laki-laki itu adalah malaikat dan salah seorangnya adalah malaikat Jibril.  Setelah kejadian itu, karena khawatir akan keselamatan Muhammad saw, Ibu Halimah mengembalikan Muhammad saw ke ibu kandungnya Aminah.
Suatu waktu, Aminah bermaksud berziarah ke kuburan mendiang suaminya di Yatsrib (Madinah).  Ia pergi bersama putranya Muhammad saw, pembantunya yang bernama Ummu Aiman, dan mertuanya Abdul Muththalib.  Muhammad saw waktu itu berusia lebih kurang 6 tahun.
Takdir Allah Swt tak dapat dihalangi, dalam perjalanan pulang ke Mekkah setelah ziarah tersebut, Aminah jatuh sakit dan meninggal di sebuah dusun bernama Abwa’.  Demikianlah, pada usia 6 tahun Muhammad saw telah menjadi seorang yatim-piatu, tak punya ayah dan tak punya ibu. 

Tidak ada komentar: