DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Selasa, 06 Oktober 2015

Sirah Nabawiyah-KHADIJAH (2)



SIRAH NABAWIAH

Dirangkum oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri 


KHADIJAH (2)

Abdul Muththalib kemudian membawa pulang Muhammad saw ke Mekkah.  Sejak itu dipeliharanya dan disayanginya Muhammad saw lebih dari anak-anaknya.  Namun ketika Muhammad saw berusia 8 tahun 2 bulan, Abdul Muththalib meninggal dunia.  Sebelum kematiannya, ia berpesan kepada paman Muhammad saw yaitu adik mendiang ayahnya, yang bernama Abu Thalib, untuk memeliharanya.
Sejak itu Muhammad saw dipelihara dengan sangat baik oleh pamannya Abu Thalib, bahkan pamannya itu mengutamakan Muhammad dibandingkan dengan anak-anaknya sendiri.  Lebih dari 40 tahun Abu Thalib memuliakan dan melindungi beliau.  Demi beliau, Abu Thalib menjalin persahabatan dan melakukan permusuhan dengan orang lain.  Tentang hal ini akan kita bahas nanti (insya Allah).
Banyak peristiwa menarik seputar kehidupan Muhammad saw pada waktu beliau dipelihara oleh pamannya itu, yang menunjukkan tanda-tanda keistimewaan beliau.  Salah satunya adalah ketika pamannya meminta hujan lewat perantaraan beliau.  Suatu waktu kota Mekkah dan sekitarnya dilanda kekeringan karena hujan lama tidak turun.  Orang-orang Quraisy kemudian mendatangi Abu Thalib agar beliau memintakan hujan.  Beliau kemudian keluar dari rumahnya bersama seorang anak, yaitu Muhammad saw, dan menyandarkan anak itu di dinding Ka’bah.  Saat itu tidak ada awan yang menggumpal di langit.  Tetapi, awanpun kemudian datang dari berbagai penjuru, dan lama-lama turunlah hujan lebat.  Lembah-lembah memancarkan air, dan tanah-tanah menjadi subur.  Berkenaan dengan itu Abu Thalib berkata bahwa ia telah meminta hujan melalui pribadi anak tersebut, yaitu Muhammad saw, seorang anak yatim piatu yang tak berharga.
Pada waktu Muhammad saw berusia 12 tahun ia dibawa oleh Abu Thalib untuk berdagang ke Syam (Syria sekarang).  Dalam perjalanan tersebut mereka melewati sebuah tempat bernama Bashra, di mana tinggal seorang pendeta yang dikenal dengan nama Bahira, yang nama aslinya adalah Jarjis.  Bahira kemudian mengundang rombongan Abu Thalib ke rumahnya dan memperlakukannya sebagai tamu.  Ia kemudian berkata kepada Abu Thalib bahwa anak yang dibawanya (yaitu Muhammad saw) adalah pemimpin seluruh alam, dan diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam.  Waktu Abu Thalib bertanya apa dasarnya pendeta Bahira berkata demikian, Bahira menjawab bahwa ia telah melihat ketika rombongan tersebut turun dari bukit, seluruh batu dan pohon bersujud.  Batu-batu dan pohon-pohon tersebut tidak akan bersujud kecuali pada seorang nabi.  Atas anjuran Bahira, Abu Thalib tak jadi membawa Muhammad saw ke Syam, dan memulangkan Muhammad saw beserta beberapa pembantunya ke Mekkah, untuk mencegah kalau-kalau ia diperlakukan jahat oleh orang-orang Yahudi di Syam.
Pada waktu Muhammad saw berusia 15 tahun, terjadi sebuah perang bernama perang Fijjar, antara suku Quraisy dan suku Qais Ailan. Perang tersebut disebut perang Fijjar karena melanggar kehormatan tanah suci dan bulan-bulan Haram (yaitu Dzulqa’adah, Dzulhijjah, dan Rajab).  Perang tersebut diikuti oleh Muhammad saw.  Beliau membantu paman-paman beliau untuk mempersiapkan anak-anak panah.  Di awal siang Qais memenangkan pertempuran, namun di sore hari Quraisy-lah yang menang.
Demikianlah Muhammad saw tumbuh di bawah asuhan pamannya Abu Thalib.  Ia tidak memiliki pekerjaan tertentu, namun pernah bekerja sebagai penggembala kambing.  Ketika beliau berusia 25 tahun, beliau pergi ke Syam untuk membawa barang dagangan seorang saudagar wanita Quraisy bernama Khadijah.  Khadijah menawarkan pekerjaan tersebut kepada Muhammad saw setelah mendengar kejujuran dan kemuliaan akhlaknya dari orang-orang sekitar.  Dalam perjalanan ini Muhammad saw ditemani oleh pembantu Khadijah yang bernama Maisarah.   
Sepulang dari Syam, Khadijah melihat keuntungan dan berkah pada harta yang dititipkannya kepada Muhammad saw, dan ia menerima laporan dari Maisarah tentang akhlak dan kejujuran Muhammad saw.  Mendengar penuturan ini dan setelah menilai sendiri kepribadian Muhammad saw, Khadijah berhasrat untuk menikah dengannya.  Ia adalah seorang janda yang terpandang di kalangan suku Quraisy, dan selama ini telah banyak pemuka Quraisy yang melamarnya namun tak pernah dihiraukannya. 

Tidak ada komentar: