SIRAH
NABAWIAH
Dirangkum
oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman
Mubarakfuri
KHADIJAH (2)
Abdul Muththalib kemudian membawa pulang Muhammad
saw ke Mekkah. Sejak itu dipeliharanya dan disayanginya Muhammad saw
lebih dari anak-anaknya. Namun ketika Muhammad saw berusia 8 tahun 2
bulan, Abdul Muththalib meninggal dunia. Sebelum kematiannya, ia berpesan
kepada paman Muhammad saw yaitu adik mendiang ayahnya, yang bernama Abu Thalib,
untuk memeliharanya.
Sejak itu Muhammad saw dipelihara dengan sangat
baik oleh pamannya Abu Thalib, bahkan pamannya itu mengutamakan Muhammad
dibandingkan dengan anak-anaknya sendiri. Lebih dari 40 tahun Abu Thalib
memuliakan dan melindungi beliau. Demi beliau, Abu Thalib menjalin
persahabatan dan melakukan permusuhan dengan orang lain. Tentang hal ini
akan kita bahas nanti (insya Allah).
Banyak peristiwa menarik seputar kehidupan
Muhammad saw pada waktu beliau dipelihara oleh pamannya itu, yang menunjukkan
tanda-tanda keistimewaan beliau. Salah satunya adalah ketika pamannya
meminta hujan lewat perantaraan beliau. Suatu waktu kota Mekkah dan
sekitarnya dilanda kekeringan karena hujan lama tidak turun. Orang-orang
Quraisy kemudian mendatangi Abu Thalib agar beliau memintakan hujan.
Beliau kemudian keluar dari rumahnya bersama seorang anak, yaitu Muhammad saw,
dan menyandarkan anak itu di dinding Ka’bah. Saat itu tidak ada awan yang
menggumpal di langit. Tetapi, awanpun kemudian datang dari berbagai
penjuru, dan lama-lama turunlah hujan lebat. Lembah-lembah memancarkan
air, dan tanah-tanah menjadi subur. Berkenaan dengan itu Abu Thalib
berkata bahwa ia telah meminta hujan melalui pribadi anak tersebut, yaitu
Muhammad saw, seorang anak yatim piatu yang tak berharga.
Pada waktu Muhammad saw berusia 12 tahun ia
dibawa oleh Abu Thalib untuk berdagang ke Syam (Syria sekarang). Dalam
perjalanan tersebut mereka melewati sebuah tempat bernama Bashra, di mana
tinggal seorang pendeta yang dikenal dengan nama Bahira, yang nama aslinya
adalah Jarjis. Bahira kemudian mengundang rombongan Abu Thalib ke rumahnya
dan memperlakukannya sebagai tamu. Ia kemudian berkata kepada Abu Thalib
bahwa anak yang dibawanya (yaitu Muhammad saw) adalah pemimpin seluruh alam,
dan diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Waktu Abu Thalib
bertanya apa dasarnya pendeta Bahira berkata demikian, Bahira menjawab bahwa ia
telah melihat ketika rombongan tersebut turun dari bukit, seluruh batu dan
pohon bersujud. Batu-batu dan pohon-pohon tersebut tidak akan bersujud
kecuali pada seorang nabi. Atas anjuran Bahira, Abu Thalib tak jadi
membawa Muhammad saw ke Syam, dan memulangkan Muhammad saw beserta beberapa
pembantunya ke Mekkah, untuk mencegah kalau-kalau ia diperlakukan jahat oleh
orang-orang Yahudi di Syam.
Pada waktu Muhammad saw berusia 15 tahun, terjadi
sebuah perang bernama perang Fijjar, antara suku Quraisy dan suku Qais Ailan.
Perang tersebut disebut perang Fijjar karena melanggar kehormatan tanah suci
dan bulan-bulan Haram (yaitu Dzulqa’adah, Dzulhijjah, dan Rajab). Perang
tersebut diikuti oleh Muhammad saw. Beliau membantu paman-paman beliau
untuk mempersiapkan anak-anak panah. Di awal siang Qais memenangkan
pertempuran, namun di sore hari Quraisy-lah yang menang.
Demikianlah Muhammad saw tumbuh di bawah asuhan
pamannya Abu Thalib. Ia tidak memiliki pekerjaan tertentu, namun pernah
bekerja sebagai penggembala kambing. Ketika beliau berusia 25 tahun,
beliau pergi ke Syam untuk membawa barang dagangan seorang saudagar wanita
Quraisy bernama Khadijah. Khadijah menawarkan pekerjaan tersebut kepada
Muhammad saw setelah mendengar kejujuran dan kemuliaan akhlaknya dari
orang-orang sekitar. Dalam perjalanan ini Muhammad saw ditemani oleh
pembantu Khadijah yang bernama Maisarah.
Sepulang dari Syam, Khadijah melihat keuntungan
dan berkah pada harta yang dititipkannya kepada Muhammad saw, dan ia menerima
laporan dari Maisarah tentang akhlak dan kejujuran Muhammad saw.
Mendengar penuturan ini dan setelah menilai sendiri kepribadian Muhammad saw,
Khadijah berhasrat untuk menikah dengannya. Ia adalah seorang janda yang
terpandang di kalangan suku Quraisy, dan selama ini telah banyak pemuka Quraisy
yang melamarnya namun tak pernah dihiraukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar