DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Selasa, 06 Oktober 2015

Sirah Nabawiyah-PERINTAH DAKWAH (3)



SIRAH NABAWIAH
Dirangkum oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri 



PERINTAH DAKWAH (3)

Beberapa waktu setelah pertemuan malaikat Jibril dengan Nabi Muhammad saw, Khadijah ra mengajak Rasulullah saw untuk pergi menemui Waraqah bin Naufal, salah seorang anak paman Khadijah, yang memeluk agama Nasrani.  Ia dapat menulis dalam huruf Ibrani, bahkan pernah menulis bagian-bagian dari Injil dalam bahasa Ibrani. Ia seorang yang sudah lanjut usia dan kehilangan penglihatannya.  Rasulullah saw menceritakan apa yang dialaminya di gua Hira’.  Setelah mendengar penuturan Rasulullah saw, Waraqah berkata, “Itu adalah malaikat yang pernah diutus Allah kepada Musa.  Alangkah bahagianya seandainya aku masih muda perkasa!  Alangkah gembiranya seandainya aku masih hidup tatkala kamu diusir oleh kaummu!”
Rasulullah saw bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku?” Waraqah menjawab, “Ya. Tak seorangpun yang datang membawa seperti yang kamu bawa kecuali diperangi.  Seandainya kelak aku masih hidup dan mengalami hari yang kamu hadapi itu, pasti kamu kubantu sekuat tenagaku.”  Tidak lama kemudian Waraqah meninggal dunia.
Setelah wahyu pertama turun, selama beberapa hari Rasulullah saw tidak mendapatkan wahyu.  Terhentinya wahyu ini menimbulkan kesedihan yang mendalam pada diri Rasulullah saw, dan berulang kali menimbulkan keinginan untuk menjatuhkan diri dari puncak gunung.  Setiap kali sampai ke puncak gunung dan hendak menjatuhkan diri dari tempat tersebut, Jibril menampakkan diri kepada beliau dan mengatakan, “Wahai Muhammad, kamu adalah benar-benar Rasulullah!”  Seketika itu, hati beliau menjadi tentram, lalu pulang.  Ketika beliau merasakan kembali masa kekosongan wahyu tersebut, timbul lagi keinginannya untuk melakukan perbuatan yang serupa.  Dan ketika sampai di puncak gunung, Jibril menampakkan diri lagi dan mengatakan kalimat yang serupa.
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari jalur Jabir bin Abdillah bahwasanya dia mendengar Rasulullah saw menceritakan tentang masa kekosongan wahyu, beliau bersabda, “Ketika aku sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit.  Ketika kepala kuangkat, kulihat malaikat yang datang kepadaku di gua Hira’ sedang duduk di kursi antara langit dan bumi.  Aku merasa ketakutan sehingga jatuh ke tanah. Aku segera pulang menemui istriku dan kukatakan kepadanya, ‘Selimutilah aku, selimutilah aku, selimutilah aku,’  Kemudian, Allah menurunkan firman-Nya, “Wahai orang-orang yang berselimut, …. serta jauhilah perbuatan dosa.’  Sejak itu, wahyu diturunkan secara berkelanjutan.
Sebelum kita membahas lebih lanjut kehidupan risalah dan nubuwah (kenabian), kita perlu mengetahui klasifikasi wahyu yang merupakan sumber risalah dan dakwah.  Ketika menyebutkan tentang tingkatan wahyu, Ibnu Qayyim berkata:
1.Mimpi yang benar. 
2.Wahyu yang dibisikkan oleh malaikat ke dalam hati beliau tanpa terlihat oleh beliau
3.Malaikat datang kepada Rasulullah saw dalam wujud seorang lelaki, lalu berbicara kepada beliau sampai beliau memahami apa yang disampaikannya.  Dalam keadaan seperti ini, malaikat tersebut terkadang dilihat oleh para sahabat.
4. Jibril datang kepada beliau seperti bunyi lonceng.  Tingkatan wahyu seperti ini merupakan tingkat yang terberat bagi beliau, sebab Jibril merasuk ke dalam tubuh beliau.  Jika hal itu terjadi ketika beliau sedang mengendarai onta, maka ontanya berlutut karena merasa ditimpa beban yang berat.
5. Rasulullah saw melihat Jibril dalam bentuk aslinya, lalu Jibril mewahyukan kepada beliau apa saja yang dikehendaki oleh Allah untuk disampaikan kepada beliau.
6. Wahyu yang disampaikan secara langsung oleh Allah kepada beliau, ketika beliau berada di atas langit, pada malam Isra Mi’raj, yaitu tentang kewajiban shalat.
7. Firman Allah kepada beliau tanpa perantaraan malaikat , sebagaimana Allah berbicara kepada Musa bin Imran.  Tingkatan seperti ini telah terjdi pada diri Musa berdsarkan nash Al-Quran, dan terjadi pula pada diri Rasulullah saw berdasarkan hadits Isra. 
Wahyu kedua yang diterima Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
“Wahai orang yang berselimut! Bangunlah, dan berilah peringatan.  Agungkanlah Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan perbuatan dosa (menyembah berhala), dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak.  Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah. (Al-Muddatstsir:1-7).
Ayat-ayat tersebut berisi perintah yang secara lahiriah sederhana namun memiliki tujuan yang jauh dan pengaruh yang kuat.
1.       Puncak pemberian peringatan adalah tidak membiarkan seorang pun di antara orang-orang yang berada di alam wujud ini untuk menyalahi keridhaan Allah, yaitu dengan memberikan berbagai peringatan terhadap siksa-siksa-Nya yang mengerikan, sehingga timbul rasa gentar dan kegoncangan dalam hatinya.
2.       Puncak mengagungkan Allah adalah tidak memberikan seorang pun di muka bumi ini untuk berbuat kesombongan, yaitu dengan mematahkan kekuatannya, sehingga tidak ada kesombongan dan kebesaran yang tersisa di muka bumi ini selain kebesaran Allah Ta’ala.
3.       Puncak dari pembersihan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa adalah mencapai pembersihan lahir dan batin serta pembersihan jiwa dari segala jenis noda dan kotoran, secara sempurna.  Sehingga jiwa manusia berada di bawah naungan rahmat Allah, pemeliharaan, pengawasan, petunjuk, dan cahaya-Nya.  Di samping itu, dapat menjadi figure bagi masyarakat di hadapan hati yang menyimpang, sehingga seluruh perhatian dunia terpusat kepadanya.
4.       Puncak tidak memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak adalah tidak menganggap perbuatan dan jerih payahnya sebagai suatu perbuatan yang besar. Tetapi, senantiasa berupaya dengan sungguh-sungguh dalam setiap amal, pengorbanan, kemudian melupakan semua itu.  Yakni, tidak merasa bahwa dirinya telah melakukannya.
5.       Ayat tersebut mengisyaratkan hal-hal yang akan disampaikan selanjutnya yakni adanya gangguan-gangguan orang-orang yang menentang. 
Masa hidup Muhammad saw dapat dibagi menjadi dua fase, masing-masing memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:
1.       Fase Mekkah, kira-kira selama tiga belas tahun.
2.       Fase Madinah, kira-kira selama sepuluh tahun.
Fase Mekkah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1.       Tahapan dakwah secara rahasia, selama tiga tahun.
2.       Tahapan dakwah secara terang-terangan terhadap penduduk Mekkah, mulai tahun keempat kenabian sampai akhir tahun kesepuluh kenabian.
3.       Tahapan dakwah di luar Mekkah, berlangsung dari tahun kesepuluh kenabian sampai hijrah ke Madinah.

Tidak ada komentar: