DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Selasa, 06 Oktober 2015

Sirah Nabawiyah-ISRA MI’RAJ DAN PERJANJIAN AQABAH PERTAMA (11)



SIRAH NABAWIAH
Dirangkum oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri 
 
 

ISRA MI’RAJ DAN PERJANJIAN AQABAH PERTAMA (11)

Ketika Nabi saw berada dalam suatu fase yang ketika itu dakwah beliau berada di antara keberhasilan dan penyiksaan, dan beliau hanya melihat bintang kecil yang bersinar di langit yang tinggi, terjadilah peristiwa Isra dan Mi’raj, pada sekitar tahun ketiga belas kenabian.  Isra adalah perjalanan Nabi dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, sedangkan Mi’raj adalah naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha.  Dalam perjalanan ini Nabi saw menaiki kendaraan bernama Buraq dan ditemani oleh Malaikat Jibril.  Allah memperjalankan hambanya ini untuk mmperlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Isra ayat 1: “Subhaanalladzii asraa bi’abdihii lailam minal masjidil haraami ilal masjidil aqshalladzii baaraknaa haulahuu linuriyahuu min aayaatinaa. Innahuu huwas samii’ul bashiir.” (Maha Suci Dia yang telah memperjalankan hamba-Nya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang di sekitarnya teleh diberkahi, agar Ia memperlihatkan padanya sebagian tanda-tanda kekuasan-Nya.  Sesungguhnya Ia Maha Mendengar dan Maha Melihat.” 

Dalam perjalanan Mi’raj Nabi menaiki 7 (tujuh) lapis langit, dan bertemu dengan para nabi di masing-masing lapisan tersebut, yaitu nabi-nabi sbb: Nabi Adam as, Nabi Yahya as dan Nabi Isa as, Nabi Yusuf as, Nabi Idris as, Nabi Harun as, Nabi Musa as, dan Nabi Ibrahim as. Setelah itu Nabi naik ke Sidratul Muntaha dan menerima perintah shalat dari Allah Swt.  Awalnya beliau diperintahkan untuk shalat 50 kali sehari, namun kemudian setelah kembali dan melewati Nabi Musa, Nabi Musa menyarankan agar Nabi Muhammad saw minta keringanan.  Beliau kembali kepada Allah dan meminta keringanan, sehingga Allah swt mengurangi kewajiban shalat menjadi 40 kali.  Demikian seterusnya Nabi bolak-balik antara Musa dan Allah Swt sampai Allah memerintahkan shalat hanya 5 kali sehari, yang setelah itu Nabi Muhammad merasa malu untuk meminta lagi keringanan. 

Dalam peristiwa ini Nabi Muhammad saw juga menyaksikan surga dan neraka.  Di neraka beliau melihat siksaan yang ditimpakan kepada para pemakan anak yatim, pemakan riba, pezina, dan wanita yang menasabkan anak-anak mereka kepada para lelaki yang bukan bapak dari anak-anak itu.  Keesokan harinya beliau mengabarkan hal ini kepada kaumnya, maka semakin bertambahlah pendustaan dan permusuhan kepada beliau.  Ketika beliau diminta memberikan bukti-bukti tentang kebenaran peristiwa yang beliau alami ini, maka beliau menceritakan tentang keadaan Baitul Maqdis (Masjidil Aqsha), juga tentang kafilah Quraisy yang beliau lihat dalam perjalanan berangkat dan pulang.  Walaupun hal-hal tersebut benar adanya, kaumnya tetap mengingkarinya dan makin menentangnya.  Hanya Abu Bakar ra saja yang membenarkan cerita beliau ini, dan karenanya Abu Bakar digelari ash-shiddiq karena membenarkan peristiwa itu ketika manusia mendustakannya.

Hikmah peristiwa Isra Mi’raj adalah agar Nabi Muhammad saw merasa yakin dengan risalah yang diamanatkan oleh Allah swt kepada beliau, sebab melihat tanda-tanda kekuasaan Allah Swt dengan mata kepala sendiri tentu tidak sama dengan hanya mendengar berita saja.  Sehingga, Nabi memiliki kesabaran yang tidak dimiliki oleh orang lain, dalam meniti jalan Allah; dan seluruh kekuatan dunia di hadapannya tidak lebih dari sayap seekor nyamuk.  Mereka tidak peduli ketika kekuatan dunia tersebut menghadapapi mereka dengan berbagai ujian dan penyiksaan.

Dalam episode sebelumnya diceritakan tentang enam orang penduduk Yatsrib yang telah memeluk Islam pada musim haji tahun kesebelas kenabian, dan mereka berjanji kepada Rasulullah saw untuk menyebarkan risalah beliau di tengah-tengah kaum mereka. 
Sebagai hasilnya, pada musim haji tahun kedua belas kenabian (Juli 621 M) dua belas orang datang menemui Rasulullah saw.  Di antara dua belas orang itu terdapat lima dari enam orang yang pernah menemui Rasulullah saw pada tahun sebelumnya.  Satu orang yang tidak ikut hadir dari enam orang itu adalah Jabir bin Abdillah bin Ri’ab.  Tujuh orang lainnya dari kedua belas orang itu adalah: Mu’adz bin al-Harits, Dzakwan bin Abdul Qais, Ubadah bin Shamit, Yadsid bin Tsa’labah, Al Abbas bin Ubadah, Abul Haitsam bin at-Tihan, dan Uwaim bin Sa’idah.  Dua belas orang yang itu menemui Rasulullah saw di Aqabah, Mina.  Imam Bukhari meriwayatkan dari jalur Ubadah bin Tsamit bahwa Rasulullah saw bersabda, “Kemarilah!  Berbaiatlah kepadaku untuk tidak menyekutukan Allah dengan apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anakmu, tidak akan berdusta untuk menutup-nutupi apa yang ada di depan atau di belakangmu, dan tidak akan membantah perintahku dalam hal kebaikan.  Jika kamu memenuhi janji, pahalanya terserah kepada Allah.  Jika kamu melanggar sesuatu dari janji itu, lalu dihukum di dunia, maka hukuman itu merupakan kafarat baginya.  Jika kamu melanggar sesuatu dari janji itu, kemudian Allah menghendaki, Allah akan menyiksanya, atau memberi ampunan menurut kehendak-Nya.”  Kemudian mereka pun berbaiat kepada beliau.    Peristiwa ini dikenal sebagai Perjanjian Aqabah pertama.

Setelah dilaksanakannya baiat tersebut dan musim haji berakhir, Nabi saw mengutus duta pertama ke Madinah, yang diikutsertakan bersama orang-orang yang telah berbaiat tersebut.  Tujuannya untuk mengajarkan hukum-hukum Islam dan pemahaman tentang agama kepada kaum Muslimin yang ada di ssana, dan menyebarkan Islam di tengah-tengah orang-orang yang masih menganut kemusyrikan.  Untuk tugas ini, beliau memilih salah seorang pemuda Islam dari as-Sabiqunal Awwalun, yaitu Mush’ab bin Umair al-Abdari ra.

Mush’ab bin Umair tinggal di rumah As’ad bin Zararah.  Keduanya kemudian menyebarkan Islam di tengah-tengah penduduk Yatsrib, dengan penuh semangat.  Dengan kegiatan penyebarannya ini tidak ada satu perkampungan pun di antara perkampungan-perkampungan kaum Anshar kecuali di dalamnya terdapat lelaki dan wanita muslim, kecuail di perkampungan Bani Umayyah bin Zaid, Khuthamah dan Wail, sebab di tengah-tengah mereka terdapat ahli syair yang bernama Qais bin al-Aslat yang ditaati oleh penduduk sekitarnya, yang telah mencegah mereka untuk memeluk Islam hingga terjadi peperangan Khandaq, yaitu tahun kelima Hijrah.

Menjelang datangnya musim haji berikutnya, yaitu musim haji tahun ketiga belas kenabian, Mush’ab bin Umair kembali ke Mekkah membawa berita gembir kepada Rasulullah saw.  Ia menceritakan kepada belaiu perihal kabilah-kabilah Yatsrib berikut kebaikan dan kekuatan mereka.

Tidak ada komentar: