SIRAH
NABAWIAH
Dirangkum
oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman
Mubarakfuri
HIJRAH KE MADINAH (13)
Allah berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 30:
Wa idz yamkuru bikal ladziina kafaruu
liyutsbituuka au yaqtulluka au yukhrijuuka. Wayamkuruuna wayamkurullaah.
Wallahu khairul maakiriin.
“Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir
(Quraisy) memikirkan tipu daya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu
atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah
menggaggalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
Malam itu, Nabi saw menyuruh Ali untuk tidur di
tempat tidurnya dan memakai selimut yang biasa ia pakai. Pada tengah
malam Rasulullah saw pergi keluar rumahnya dan melewati orang-orang Quraisy itu
yang sudah lama mengintai rumahnya. Beliau mengambil segenggam tanah dan
ditaburkan ke kepala mereka sambil membaca ayat:
Waja’alnaa min baini aidiihim saddaw wamin
khalfihim saddan faaghsyainaahum fahum laa yubshiruun.
“Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di
belakang mereka dinding (pula), serta Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka
tidak dapat melihat.” (Yasin:9).
Maka, Allah pun menutup mata mereka sehingga
mereka tidak dapat melihat beliau. Kemudian beliau berjalan menuju rumah
Abu Bakar. Setelah itu, mereka keluar menuju goa Tsur, ke arah
Yaman. Sementara orang-orang kafir Quraisy gagal melaksanakan rencananya
ketika mereka membuka selimut di tempat tidur Nabi mereka mendapati Ali yang
sedang tidur dan bukannya Nabi saw yang tadinya hendak mereka bunuh.
Ada beberapa peristiwa menarik sehubungan dengan
hijrah beliau ke Madinah, di antaranya sebagai berikut:
1.
Dalam perjalanan, untuk menghindari kejaran orang-orang kafir Quraisy,
Nabi saw bersama Abu Bakar bersembunyi di sebuah gua di gunung Tsur, karenanya
dikenal sebagai gua Tsur. Gua tersebut sangat sempit. Ketika mereka
sudah berada di dalam gua orang-orang Quraisy mendekati gua itu, demikian dekat
sehingga seandainya mereka melihat ke bawah mereka pasti melihat Nabi dan Abu
Bakar di dalam gua itu. Abu Bakar sangat khawatir menghadapi situasi ini, namun
Nabi saw berkata, “Wahai Abu Bakar, jangan kamu kira kita hanya berdua, Allah
bersama kita.” Orang-orang Quraisy itu pun kembali, padahal jarak antara
mereka dengan Nabi dan Abu Bakar itu sangat dekat.
2.
Para pemimpin Quraisy kalap dengan kenyataan bahwa Rasulullah saw telah
lolos dari cengkeraman mereka. Maka mereka berusaha mencari berbagai cara
untuk mengejarnya, salah satunya adalah dengan mengumumkan bahwa barangsiapa
yang berhasil menangkap Nabi saw akan diberi hadiah berupa seratus ekor
unta. Salah seorang yang tertarik dengan hadiah ini adalah Suraqah bin
Malik, dan dia berusaha mengejar Nabi saw dengan berkuda. Namun ketika ia
sudah berada dekat di belakang Nabi dan Abu Bakar yang juga berkuda, kudanya
terantuk batu dan terpelanting. Ia membangunkan kudanya dan berusaha
mengejar lagi mereka namun sekali lagi kudanya terperosok ke tanah dan
terpelanting. Akhirnya ia pun mengurungkan niatnya, dan berfikir bahwa
Muhammad saw adalah pihak yang akan menang. Ia kemudian berbicara
baik-baik dengan Nabi dan memberi tahu perihal diyat yang diberlakukan untuk
beliau, dan kemudian kembali ke Mekkah. Sepanjang perjalanan ia
menghalangi orang-orang yang berusaha untuk mengejar Nabi. Demikianlah
kisah tentang Suraqah bin Malik, yang di pagi hari berjuang membunuh Nabi dan
Abu Bakar, namun di sore harinya ia berbalik menjadi pelindung mereka.
3.
Dalam perjalanan itu, Rasulullah saw melewati rumah Ummu Ma’bad, beliau
adalah seseorang yang suka memberi makan dan minum orang-orang yang
melewatinya. Beliau melihat seekor kambing milik Ummu Ma’bad yang katanya
tidak mengeluarkan susu. Beliau mengambil kambing itu, memnyebut nama
Allah, berdoa, dan kemudian atas izin Ummu Ma’bad memerah susunya. Maka,
kambing itupun menjadi berisi dan mengeluarkan air susu yang banyak sampai
memenuhi sebuah bejana. Nabi kemudian membagikan susu itu untuk Ummu
Ma’bad, Abu Bakar dan dirinya saw.
4.
Di tengah perjalanan, Nabi saw berjumpa dengan Buraidh, pemimpin salah
satu kabilah Quraisy yang keluar dalam rangka mencarai Nabi saw dan Abu Bakar
dengan harapan mendapatkan hadiah dari orang-orang Quraisy. Setelah
berjumpa dengan Nabi saw dan diajak bicara oleh beliau, akhirnya ia dan tujuh
puluh orang dari kaumnya memeluk Islam.
Pada hari Senin tanggal 8 Rabiul Awwal tahun
keempat belas kenabian, sekitar 10 hari sejak meninggalkan Mekkah, Rasulullah
saw tiba di Quba, sebuah tempat dekat Yatsrib. Kaum Muslimin yang setiap
hari menunggu mereka menjemput beliau, bertakbir dan memberikan penghormatan
kepada beliau. Mereka mengerumuni beliau, dan beliau diliputi oleh rasa
ketenangan.
Rasulullah saw singgah di Quba selama empat
hari. Di sana, beliau mendirikan masjid Quba. Masjid ini adalah
masjid pertama yang didirikan setelah kenabian yang didasarkan atas
ketakwaan. Pada hari kelima Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar bergerak
menuju Madinah. Hari itu adalah hari Jumat, tanggal 13 Rabi’ul Awwal
tahun keempat belas kenabian atau tahun pertama Hijriah. Setelah
melakukan shalat Jumat, Nabi saw masuk ke Yatsrib.
Hari itu adalah hari yang sangat
bersejarah. Suara tahmid menggema di rumah-rumah. Sebagai ungkapan
rasa gembira, anak-anak kaum Anshar mengalunkan baitu-bait syair sebagai
berikut:
Bulan purnama telah bersinar menerangi kami
Dari Tasniyyat Wada’
Kita wajib bersyukur atas kedatangan seorang
da’i
Yang menyeru kepada Allah
Wahai (Nabi) yang diutus kepada kami
Engkau datang membawa perkara yang ditaati
Kaum Anshar tidak semuanya kaya raya, tetapi
setiap mereka mengharapkan Rasulullah saw tinggal di rumahnya. Setiap
kali beliau melewati rujmah orang-orang Anshar, mereka mengambil tali kekang
kendaraannya dan berkata, “Mari menuju kekuatan, senjata, dan
perlindungan.” Namun beliau berkata, “Lepaskanlah, sebab ia
diperintah”. Onta beliau terus berjalan sampai di suatu tempat, lalu
berderum. Tampat beliau turun ini adalah tempat Bani an-Najjar
paman-paman Nabi saw dari pihak ibunya dan itu atas taufik Allah kepada
ontanya. Beliau ingin tinggal di tengah-tengah paman-paman beliau untuk
menghormati mereka. Nantinya di tempat itulah didirikan Masjid Nabawi
yang kita kenal sekarang.
Sampai di sini, berakhirlah bagian kehidupan
Rasulullah saw dan dakwah Islam pada fase Mekkah, dan dimulailah fase kehidupan
dan perjuangan dakwah beliau di Madinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar