DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Senin, 15 Februari 2016

Shirah Nabawiyah (14) - Kehidupan Awal di Madinah


KEHIDUPAN AWAL DI MADINAH

Pertama-tama perlu diketahui kondisi masyarakat Madinah pada saat Rasulullah saw tiba di Madinah.   Ada tiga golongan yang beliau hadapi, yakni sebagai berikut:

(1) Para sahabat beliau ra, yang terdiri atas Kaum Anshar (orang-orang muslim Madinah) dan kaum Muhajirin (orang-orang yang ikut berhijrah ke Madinah).  Kaum Anshar karena berada di dalam negeri sendiri bersama harta mereka tidak punya keperluan selain rasa aman di dalam kelompoknya.  Sebelumnya, di antara kaum Anshar ini terdapat permusuhan sengit sejak dahulu kala, yaitu permusuhan antara suku Aus dan suku Khazraj.  Sedang kaum Muhajirin tidak memiliki semua yang dimiliki oleh kaum Anshar.  Mereka datang ke Madinah tanpa membawa apa-apa.  Setiap hari jumlah mereka bertambah, sebab setiap orang yang masuk Islam di Mekkah diizinkan untuk berhijrah.  Madinah bukanlah negeri yang kaya raya, maka dengan perpindahan kaum Muhajirin ini perekonomian Madinah menjadi goncang, di samping berbagai kekuatan yang memusuhi Islam melakukan semacam pemboikotan ekonomi, yang menyebabkan barang-barang impor berkurang, dan keadaan pun menjadi gawat; 

(2) Kaum musyrikin yang belum beriman, mereka termasuk inti dari kabilah-kabilah di Madinah.  Mereka tidak memiliki kekuasaan terhadap kaum Muslimin.  Di antara mereka masih ada yang dihinggapi keraguan untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka, dan tidak menyembunyikan permusuhannya terhadap Islam dan kaum Muslimin.   Namun di antara mereka ada juga yang menyembunyikan permusuhannya kepada Rasulullah saw dan kaum Muslimin, tetapi tidak mampu menghadapi kaum Muslimin, bahkan terpaksa menampakkan rasa cinta, karena kondisi yang tidak memungkinkan. Di antara tokoh mereka adalah Abdullah bin Ubay.  Sebelum kedatangan Nabi, kabilah Aus dan Khazraj telah bersepakat untuk menjadikannya pemimpin.  Hampir saja ia menjadi raja Madinah, tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan Muhammad Rasulullah saw dan berpalingnya masyarakat dari dirinya menuju Rasulullah saw.  Karena itu walaupun menampakkan keislamannya setelah perang Badar, ia menyembunyikan permusuhannya kepada Rasulullah saw dan sering melakukan makar manakala mendapat kesempatan.  Abdullah bin Ubay dan para pendukungnya ini yang kemudian dikenal sebagai kaum munafiq;

(3) Golongan ketiga adalah orang-orang Yahudi.  Mereka adalah orang-orang Ibrani yang datang ke Hijaz, yaitu tanah orang-orang Arab. Mereka tidak menyatu dengan orang-orang Arab, dan membanggakan keturunan mereka, yaitu keturunan Israel (Yahudi).  Mereka sangat menghina dan merendahkan orang-orang Arab, dan menamakan orang-orang Arab dengan sebutan Ummiyyin, yaitu orang-orang liar yang hidupnya sederhana, rendahan dan terbelakang.  Orang-orang Yahudi ini adalah orang-orang yang mahir dalam hal mencari penghasilan.  Mereka menguasai perdagangan biji-bijian, korma, khamar, dan pakaian.  Mereka juga memakan riba.  Mereka adalah orang-orang yang gigih dalam melakukan makar dan kerusakan, menaburkan benih-benih permusuhan di tengah-tengah para kabilah Arab yang berdampingan, dan menghasut mereka dengan cara yang tersembunyi.  Maka, kabilah-kabilah Arab di Yatsrib (yang kemudian menjadi Madinah) selalu dalam kondisi perang darah yang berlanjut.  Ketika melihat api peperangan hampir padam, orang-orang Yahudi segera menyulutnya kembali.  Setelah berhasil menghasut, mereka tinggal menonton dan melihat apa yang menimpa orang-orang Arab itu, dan memberikan pinjaman besar dan berbunga kepada para kabilah yang sedang berperang, agar tidak menghentikan peperangan karena sulitnya biaya peperangan.  Masing-masing kabilah Yahudi ini bersekutu dengan kabilah-kabilah Arab yang berperang di Yatsrib.  Di Yatsrib terdapat tiga kabilah Yahudi yang terkenal, yaitu Bani Qainuqa’ yang bersekutu dengan kabilah Khazraj, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah yang bersekutu dengan kabilah Aus.  Orang-orang Yahudi memandang Islam dengan penuh kebencian dan kedengkian, karena Rasulullah saw tidak berasal dari keturunan mereka.  Di samping itu, dakwah Islam adalah dakwah yang menyerukan kepada kebaikan, menyatukan berbagai hati, memadamkan api permusuhan, dan menyerukan untuk terikat dengan makanan yang halal dan harta yang baik.  Makna dari semua itu adalah seluruh kabilah Yatsrib akan bersatu; dan ketika itu, harus terlepas dari cengkeraman Yahudi.

Adapun dari luar Madinah, kekuatan terbesar yang memusuhi Islam adalah orang-orang musyrikin Quraisy.  Setelah kaum Muslimin berhijrah ke Madinah, kaum Quraisy merampas tanah, rumah dan harta mereka, menghalangi istri-istri dan keturunan mereka dari berhijrah, bahkan memenjarakan dan menyiksa orang-orang yang dapat diperlakukan demikian.  Sebagai penguasa dan pemimpin agama di tengah-tengah orang Arab, karena berstatus sebagai penghuni tanah suci dan penjaga Baitullah, mereka memperdayakan kaum musyrikin yang ada di jazirah Arab untuk memusuhi penduduk Madinah, sehingga Madinah berada dalam kondisi semi pemboikotan.  Karena itu suasana perang betul-betul terasa antara para thagut Makkah dan kaum Muslimin di negeri mereka yang baru di Madinah.

Demikianlah sekilas gambaran kondisi yang dihadapi oleh Rasulullah saw.  Kembali ke kehidupan awal Nabi di Madinah, langkah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah saw setelah tiba di Madinah adalah mendirikan masjid Nabawi.  Masjid Nabawi bukanlah sebagai tempat shalat semata, namun juga sebagai tempat kaum Muslimin menerima ajaran-ajaran Islam dan bimbingannya, dan sebagai tempat untuk mengatur seluruh persoalan, dan juga sebagai parlemen untuk mengadakan musyawarah.

Di awal jirah ini pula, adzan disyari’atkan, suara seruan yang menggema di angkasa, setiap hari lima kali, dan menggoncang seluruh pelosok kota Madinah.  Kisah mimpi Abdullah bin Zaid bin Adi Rabbah dalam kaitannya dengan pensyariatan adzan sudah terkenal, dan diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, dan Ibnu Khuzaimah.

Kemudian, Rasulullah saw mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar.  Beliau mempersaudarakan mereka atas prinsip tolong menolong.  Mereka saling memberikan hak waris setelah kematiannya, yang berlaku sampai perang Badar.  Di samping menjalin ikatan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, Rasulullah saw juga mengadakan perjanjian untuk menyingkirkan segala dendam jahiliyah dan permusuhan antar kabilah, di antaranya untuk menjadi umat yang satu di hadapan umat lain, menolak kezhaliman, kejahatan dan permusuhan, tidak membunuh sesama orang mukmin, memberlakukan qishash bagi pelaku pembunuhan, dan mengembalikan segala pekara kepada Allah dan Rasul-Nya. 

Setelah meletakkan fondasi masyarakat Islam yang baru di Madinah, Rasulullah juga mengatur hubungan dengan orang-orang non muslim.  Dalam hal ini beliau bertujuan menciptakan suasana aman, damai, dan tenteram.  Beliau menyusun undang-undang toleransi yang belum pernah ada sebelumnya di alam yang penuh dengan fanatisme kesukuan.  Perjanjian tersebut kemudian dikenal sebagai Piagam Madinah, yang di antara isinya adalah orang-orang Muslim dan non-muslim (khususnya Yahudi) wajib tolong menolong untuk menghadapi orang-orang yang memerangi mereka, tidak boleh berbuat jahat terhadap sekutunya, wajib memberikan pertolongan kepada orang yang dizhalimi, tak boleh menolong orang-orang Quraisy dan orang-orang yang menolong mereka, dan lain-lain.
---

Sementara itu, kaum musryikin Quraisy makin marah dengan perkembangan kaum muslimin di Mekkah.  Mereka kemudian mengirim surat kepada Abdullah bin Ubay yang ketika itu masih musyrik dan dalam kapasitasnya sebagai pemimpin orang-orang Anshar sebelum hijrah.  Dalam surat tersebut mereka mengatakan, bahwa jika Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya kaum musyrik Madinah tetap melindungi Muhammad yaitu musuh orang-orang Quraisy, maka mereka (orang-orang Quraiy) akan memerangi mereka (Abdullah bin Ubay dan kelompoknya) dan merampas wanita-wanita mereka.

Dengan datangnya surat itu Abdullah bin Ubay bangkit melaksanakan perintah saudara-saudaranya kaum musyrikin Mekkah, karena di dalam hatinya telah terdapat rasa dengki kepada Nabi saw yang dipandangnya telah merampas kekuasaanya.  Kemudian ia mengumpulkan teman-temannya para penyembah berhala dan bersepakat untuk memerangi Rasulullah saw.  Setelah berita itu sampai kepada Nabi saw, beliau segera menemui mereka dan berkata, “Sesungguhnya kami telah mendengar ancaman orang-orang Quraisy terhadap kalian.  Tipu daya mereka terhadap kalian tidaklah lebih dahsyat daripada tipu daya kalian terhadap diri kalian sendiri.Kalian ingin memerangi anak-anak kalian dan saudara-saudara kalian.”

Setelah mendengar ucapan Nabi saw tersebut, mereka bubar.  Abdullah bin Ubay menahan keinginannya untuk memerangi kaum Muslimin ketika itu.  Tetapi, ia tetap melakukan persekongkolan dengan kaum musryikin Quraisy.  Setiap kali mendapatkan kesempatan selalu ia gunakan untuk melancarkan permusuhan di antara kaum Muslimin dan kaum musyrikin.  Orang-orang Yahudi bergabung bersamanya, dan membantunya dalam melaksanakan rencana tersebut. Tetapi, demikianlah kebijaksanaan Nabi saw yang dapat memadamkan api permusuhan mereka yang tidak ada henti-hentinya.

Selanjutnya: Permusuhan antara kaum musryikin Mekkah dan kaum muslimin makin meningkat dan berujung pada sebuah peperangan besar.

Tidak ada komentar: