DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Senin, 15 Februari 2016

Sirah Nabawiyah (15) - Perang Badar-1

PERANG BADAR (1)
Dalam upayanya untuk menghalangi dakwah Islam di Madinah, kaum Quraisy mengirim surat ancaman kepada kaum muslimin, yang bunyinya sbb: “Janganlah kalian merasa bahwa kalian telah lolos dari kami menuju Yatsrib.  Kami akan mendatangi kalian, akan menyerang kalian dan merampas istri-istri kalian di tengah-tengah negeri kalian.”  Dengan adanya ancaman ini Rasulullah saw sering berjaga malam.  Pernah suatu malam ada anak panah yang menyasar kepada mereka, yang dilemparkan oleh orang-orang Arab.  Karenanya kaum muslimin tidak tidur kecuali dengan membawa senjata, dan di pagi hari mereka tetap menyandang senjata. Dalam situasi yang gawat itu Allah mengizinkan kaum muslimin untuk berperang, dalam ayat Al-Quran: “Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya.  Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka.” (Al-Hajj:39).  Setelah turun ayat ini Rasulullah berusaha meluaskan daerah pertahanan kaum muslimin, yaitu dengan membentangkan kekuasaan kaum muslimin pada jalur perdagangan dari Mekkah ke Syam.  Ini dilakukan dengan mengadakan persekutuan dengan kabilah-kabilah yang berdekatan dengan jalur perdaganan tersebut, dan melakukan ekspedisi-ekspedisi (patrol) secara bergantian ke jalur tersebut.  Banyak ekspedisi dilakukan kaum muslimin untuk mencegat kafilah Quraisy yang pergi menuju atau datang dari Syam.  Tercatat sekitar sembilan ekspedisi yang dilakukan kaum muslimin, dan emapat di antaranya berujung pada peperangan antara kaum muslimin dan kaum musyrikin Quraisy.
Dalam sebuah perang yang bernama perang Dzil Usyairah, kaum muslimin berusahan mencegat sebuah kafilah Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan, yang membawa seribu onta berisi penuh muatan barang-barang berharg yang nilainya tidak kurang dari lima puluh ribu dinar emas.  Kafilah itu hanya dikawal oleh sekitar empat puluh orang.  Rasulullah berangkat bersama sekitar 315 orang.  Rasulullah tidak memaksa siapapun untuk ikut berangkat dalam peperangan tersebut, karena tidak terlintas dalam fikiran beliau bahwa beliau akan berhadapan dengan pasukan Mekkah.   Mereka hanya membawa tujuh puluh onta yang dikendarai secara bergantian.  Kabar tentang keberangkatan pasukan muslimin ini sampai di telinga Abu Sufyan lewat mata-matanya, kemudian ia mengirimkan kabar ke Mekkah lewat seorang kurir.  Penduduk Mekkah langsung bersiap-siap dan memobilisasi sekitar seribu tiga ratus prajurit, untuk memukul kaum muslimin.  Mereka memiliki sekitar seratus kuda dan enam ratus perisai (jumlah onta tidak diketahui).  Panglima perangnya adalah Abu Jahal bin Hisyam.
Sementara itu Abu Sufyan yang telah mengetahui pasukan muslim Madinah, berusaha untuk lari dari kejaran kaum muslimin.  Ia bersama kafilahnya kemudian mengambil jalan lain, yaitu kea rah barat menuju pantai, meninggalkan jalan utama yang melewati Badar.  Dengan demikian ia telah menyelematkan kafilahnya dari cengkeraman pasukan Madinah, dan kemudian mengirim kembali kurir untuk member kabar ke pasukan Mekkah.  Pasukan Mekkah yang sedang berada di sebuah tempat bernama Al-Juhfah, menerima surat dari Abu Sufyan yang berisi pesan kepada mereka, bahwa sebaiknya mereka kembali saja ke Mekkah, karena ia (Abu Sufyan) dan kafilahnya telah berhasil lolos dari kejaran pasukan Madinah.
Dengan adanya surat dari Abu Sufyan ini sebagian pasukan Quraisy berniat untuk kembali ke Mekkah.  Namun niat ini dihalangi oleh pemimpin mereka yaitu Abu Jahal, yang berkata, “Demi Allah, kita tidak akan pulang sebelum tiba di Badar.  Di sana kita akan tinggal selama tiga hari, memotong ternak, makan-makan, minum khomer, dan menyaksikan perempuan-perempuan menyanyikan lagu-lagu hiburan.  Biarlah semua orang Arab mendengar cerita tentang perjalanan kita sehingga mereka tetap takut kepada kita selama-lamanya.”  Akhirnya pasukan Mekkah pun melanjutkan perjalanan, meskipun sekitar tiga ratus orang dari mereka memisahkan diri dan kembali ke Mekkah, sehingga jumlah mereka tinggal sekitar seribu orang.
Sementara itu Rasulullah yang sedang berada di sebuah lembah bernama Dzafran, telah mengetahui kabar tentang lolosnya kafilah Abu Sufyan dan tentang pasukan besar Mekkah.  Rasulullah saw tak punya pilihan untuk menghindar dari pertempuran berdarah, mau tidak mau maju terus dengan penuh keberanian.  Karena kalau kaum muslimin mundur, maka sudah pasti posisi militer dan kekuatan politik Quraisy akan bercokol di wilayah tersebut, dan setiap orang yang membenci Islam akan berani berbuat kejahatan di wilayah tersebut.  Beliau kemudian mengumpulkan seluruh sahabatnya dalam sebuah Majelis Tinggi Militer untuk meminta kesepakatan dari mereka tentang sikap yang perlu diambil.  Para pemimpin kaum muslimin seperti Abu Bakar dan Umar dari kelompok Muhajirin serta Sa’d bin Mu’adz dari kaum Anshar menyampaikan pendapat mereka, yang intinya mereka tidak akan meninggalkan Rasulullah, mereka akan tetap bersama Rasulullah meskipun harus berperang.  Rasulullah gembira dengan jawaban mereka, dan mereka pun membulatkan tekad untuk menghadapi pasukan Mekkah dalam pertempuran.
Singkat cerita kedua pasukan itupun berhadapan di Badar.  Hari itu tanggal 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah.  Rasulullah saw berdoa kepada Allah, “Wahai Allah, orang-orang Quraisy telah datang dengan kesombongan mereka; mereka memusuhi-Mu dan mendustakan Rasul-Mu.  Wahai Allah (kami mengharapkan) pertolongan-Mu yang telah Engkau janjikan kepadaku.  Wahai Allah, binasakanlah mereka pagi ini.”
Peperangan diawali dengan perang tanding antara tiga pemimpin Quraisy dan tiga pemimpin muslimin.  Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah dan Al-Walid bin Utbah dari pasukan Quraisy masing-masing berhadapan dengan Ubaidah bin al-Harits, Hamzah bin Abdul Muththalib, dan Ali bin Abi Thalib dari pasukan muslimin.  Dalam perang tanding itu Hamzah dan Ali berhasil menewaskan lawannya masing-masing, sedangkan Utbah dan Ubaidah masing-masing berhasil melukai lawannya, namun Hamzah dan Ali akhirnya berhasil menewaskan Utbah. Ubaidah yang terpotong kakinya akhirnya syahid sekitar lima hari setelah perang usai.
Hasil perang tanding ini menjadi permulaan yang buruk bagi kaum musyrikin.  Mereka pun marah, kemudian menyerang kaum muslimin secara serentak.  Rasulullah kembali memohon kepada Rabb-nya akan pertolongan yang telah dijanjikan-Nya: “Wahai Allah, tunaikanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku.  Wahai Allah, sesungguhnya aku memohon janji-Mu.”  Ketika perang berkecamuk, beliau berdoa kembali, “Wahai Allah, kalau pasukan (kaum muslimin) ini sampai binasa hari ini, Engkau tidak akan disembah lagi setelah ini.”  Allah pun menjawab doa beliau, dengan menurunkan ayat Al-Quran, “Sesungguhnya Aku bersama kalian, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.  Kelak Aku akan jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir.”  (Al-Anfal:12).  Allah kemudian menurunkan para malaikat-Nya untuk menolong orang-orang mukmin.

Tidak ada komentar: