DEPAN

Sungguh, kadang kejujuran itu terasa sangat menyakitkan, tetapi katakanlah dan luruskanlah saja niatmu

Hisablah dirimu sebelum di hisab Allah dan jangalah menyibukkan diri menghisab apalagi menghisap orang lain

Memang nikmat berbagi dalam kebaikan & kebenaran (modifikasi dari KZ)

Salah satu tugas dalam hidup ini begitu sederhana, hanya bersabar dan besyukur (AFF)

Orang yang melewatkan satu hari dalam hidupnya tanpa ada suatu hak yang ia tunaikan atau suatu fardu yang ia lakukan atau kemuliaan yang ia wariskan atau pujian yang ia hasilkan atau kebaikan yang ia tanamkan atau ilmu yang ia dapatkan,maka sungguh-sungguh ia telah durhaka pada harinya dan menganiaya diri. (Dr. Yusuf Al-qardhawi)

-----------------------------

http://refleksirifa.blogspot.com/

https://rifateashahihbukhari.blogspot.com

http://www.facebook.com/ridwan.farid.3990

id.linkedin.com/pub/ridwan-farid/6/17b/164

------------------------------------

YM & Gtalk : rifa120

Selasa, 06 Oktober 2015

Sirah Nabawiyah-DAKWAH NABI SAW KEPADA KAUM KERABAT (5)



SIRAH NABAWIAH
Dirangkum oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku karangan Syeikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri 




DAKWAH NABI SAW KEPADA KAUM KERABAT (5)

Fase pertama dakwah dilakukan oleh Rasulullah saw secara diam-diam.  Hal ini disebabkan Makkah adalah markas bagi agama orang-orang Arab, tempat pelayan-pelayan Ka’bah, pengurus berhala-berhala yang disucikan oleh seluruh Arab, sehingga sulit untuk melakukan perbaikan di sana, dan memerlukan tekad kuat menghadapi berbagai cobaan, musibah dan bencana.  Karena itu dakwah secara diam-diam dilakukan oleh Rasulullah saw agar penduduk Makkah tidak dikejutkan oleh hal-hal yang dapat membangkitkan kemarahannya.
Pada tahap awal, Rasulullah saw menawarkan Islam pada orang-orang yang paling dekat dengannya, keluarganya, dan teman-temannya.  Orang-orang yang pertama kali masuk Islam ini kemudian dikenal dengan istilah as-Sabiqunal Awwalun.  Orang yang pertama beriman adalah istri Nabi yaitu Khadijah binti Khuwailid, disusul oleh budak beliau Zaid bin Haritsah, putra paman beliau Ali bin Abi Thalib (pada saat itu masih kanak-kanak dan hidup di bawah tanggungan Rasulullah saw), dan teman dekat beliau, Abu Bakar ash-Shiddiq.  Setelah itu Abu Bakar ash-Shiddiq ikut menyebarkan Islam dan atas ajakan beliau masuk Islam pula: Utsman bin Affan, az-Zubair bin Awwan, Abdur Rahman bin Auf, Sa’d bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah.  Delapan orang itulah yang menjadi pelopor Islam. 
Keseluruhan pengikut awal Islam berjumlah lebih dari empat puluh orang, termasuk Bilal bin Rabah, Abu Ubaidah bin Jarrah, al-Arqam bil Abil arqam, ubaidah bin al-Harits, dan Fathimah binti al-Khatab (saudara Umar bin Khattab). 
Sejalan dengan masuknya orang-orang tersebut ke dalam pangkuan Islam, ayat-ayat Quran pun turun secara berkelanjutan.  Ayat-ayat dan surat-surat yang turun pada saat itu adalah ayat-ayat yang pendek, memiliki perhentian yang indah, penyampain yang tenang dan sejalan dengan kondisi saat itu yang sensitive. Isi ayat-ayat di masa ini berkisar pada pembersihan jiwa, celaan terhadap jiwa-jiwa yang dikotori oleh noda-noda dunia, dan penggamabaran terhadap surga dan neraka.
Pada masa ini pula shalat diperintahkan, walau tidak sama dengan shalat yang dilakukan setelah peristiwa Isra Mi’raj.  Dikatakan bahwa shalat yang diwajibkan adalah shalat sebelum terbitnya mataahari dan shalat sebelum terbenamnya.  Rasulullah saw melakukan shalat ini bersama para sahabatnya di lorong-lorong bukit agar tidak terlihat oleh kaum musyrikin Quraisy.
Meskipun dilakukan secara diam-diam, ternyata dakwah yang dilakukan Rasulullah saw akhirnya diketahui juga oleh orang-orang Qurasy.  Namun mereka tidak menaruh perhatian terhadapnya.  Mungkin mereka menganggap bahwa Muhammad adalah salah seorang dari para pemeluk agama yang selalu berbicara tentang ketuhanan dan hak-haknya.
Setelah tiga tahun berlalu, turunlah wahyu yang memerintahkan Rasulullah saw berdakwah secara terang-terangan kepada kaumnya.  Ayat yang pertama kali turun memerintahkan dakwah secara terang-terangan adalah firman Alla Ta’ala:
“Dan berilah peringatan kepada kaum kerabatmu yang terdekat”. (asy-Syu’ara. 26: 214)
Surat ini memuat kisah tentang Musa as di awal kenabiannya sampai hijrahnya bersama Bani Israil, dan selamatnya meraka dri kejaran Fir’aun dan bala tentaranya hingga tenggelamnya Fir’aun.  Kisah ini disampaikan kepada Rasulullah saw tatkala beliau diperintahkan menyeru kaumnya ke jalan Allah.  Tujuannya agar beliau dan para sahabatnya memperoleh gambaran tentang hal-hal yang akan mereka hadapi ketika melakukan dakwah secara terang-terangan, seperti pendustaan dan penindasan, dan agar mereka dapat mengetahui secara jelas tentang persoalan mereka sejak memulai dakwah mereka.  Surat ini juga memuat akibat akhir yang akan diperoleh orang-orang yang mendustakan para rasul, seperti kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud, kaum Ibrahim, kaum Luth, dan penduduk Aikah, selain tambahan kisah Fir’aun dan kaumnya.  Tujuannya agar orang-orang yang melakukan pendustaan mengetahui akibat yang akan mereka jalani, berupa adzab Allah.  Di samping itu, agar orang-orang mukmin mengetahui bahwa kesudahan yang baik itu untuk mereka.
Setelah turunnya ayat di atas Rasulullah saw mengundang Bani Hasyim ke rumahnya.  Mereka pun datang bersama Bani al-Muththalib bin Abdi Manaf, semuanya empat puluh lima orang lelaki.  Abu Lahab, salah seorang paman beliau, yang saat itu hadir berkata, “Hai Muhammad.  Mereka ini adalah paman-pamanmu dan anak-anak dari paman-pamanmu.  Berbicaralah dan janganlah main-main.  Ketahuilah, kaum kerabatmu tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi bangsa Arab.  Aku berhak mencegahmu, cukuplah bagimu perlindungan dari sanak family ayahmu.  Jika kamu tetap berbuat seperti apa yang telah kamu lakukan, mereka akan lebih mudah menyerangmu daripada suku-suku Quraisy lainnya, dan pasti akan dibantu oleh seluruh orang Arab.  Sesungguhnya aku tidak pernah melihat seseorang yang datang membawa sesuatu yang lebih buruk daripada yang kamu bawa.”
Dalam pertemuan itu, Rasulullah saw tidak menjawab sepatah kata pun.  Kemudian beliau mengundang mereka lagi untuk kedua kalinya.  Dalam pertemuan tersebut, beliau berkata:
“Seorang utuasan tidak akan membohongi keluarganya.  Demi Allah yang tidak ada Ilah kecuali Dia, aku adalah Rasulullah, khususnya kepada kalian dan seluruh manusia pada umumnya.  Demi Allah, kalian pasti akan mati sebagaimana kalian tidur, dan kalian akan dibangkitkan sebagaimana kalian bangun tidur.  Segala perbuatan yang kalian lakukan pasti akan diperhitungkan. Kemudian, tidak ada tempat lain kecuali surga yang kekal dan neraka yang kekal juga selama-lamanya.”
Abu Thalib menyahut, “Dengan senang hati, kami akan membantumu; kami menerima nasihatmu; dan kami pun mempercayai kata-katamu.  Mereka yang berkumpul ini adalah sanak family ayahmu, dan aku hanyalah salah seorang dari mereka.  Hanya saja, aku adalah orang yang paling cepat menyambut keinginanmu.  Jalankan terus apa yang diperintahkan kepadamu.  Demi Allah, aku akan selalu melindungimu, tetapi aku tidak dapat meninggalkan agama Abdul Mutthalib.”
Abu Lahab menyahut, “Demi Allah, itu sikap yang buruk.  Cegahlah dia (Muhammad) sebelum orang lain berbuat terhadap kalian.”  Abu Thalib menjawab, “Demi Allah, dia akan kami bela selama kami masih hidup.”
 

Tidak ada komentar: