SIRAH
NABAWIAH
Dirangkum oleh Kang Teddy Tedjakusuma dari buku
karangan Syeikh Syafiyyur Rahman Mubarakfuri
DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN (6)
Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri di atas bukit Shafa dan berseru
memanggil semua suku di Mekkah, sehingga orang-orang Quraisy pun berkumpul
mendatangi beliau. Setelah itu beliau berkata kepada mereka, “Seandainya
kuberitahukan kepada kalian bahwa di lembah sana terdapat pasukan berkuda yang
hendak menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?” Mereka menyahut, “Ya,
kami belum pernah melihat kamu berdusta.” Beliau saw melanjutkan,
“Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian dari siksa
yang sangat pedih.” Mendengar kata-kata Rasulullah saw Abu Lahab yang
hadir saat itu memprotes, “Sungguh celaka kamu sepanjang hari, hanya untuk
inikah kamu mengumpulkan kami?!”. Demikianlah penentangan Abu Lahab
terhadap dakwah Rasulullah, dan sehubungan dengan itu Allah berfirman,
“Binasalah kedua belah tangan dan sesungguhnya dia akan binasa.” (QS Al Lahab:
1)
Demikianlah Rasulullah selanjutnya menyampaikan
risalah Islam secara terbuka ke seluruh penjuru Mekkah. Allah ta’ala
berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 94: “Dan sampaikanlah secara terang-terangan
apa yang diperintahkan kepadamu, dan janganlah kamu pedulikan orang-orang
musyrik.” Rasulullah menyerang segala bentuk khurafat syirik dan
kebohongan-kebohongannya serta menyebutkan hakikat berhala-berhala dan berbagai
kelemahannya, dan kesesatan orang-orang yang menyembah berhala. Namun
seperti sudah diduga penduduk Mekkah menyambut dakwah Rasulullah ini dengan
luapan amarah, keheranan dan ancaman. Bagi mereka dakwah Rasulullah
bagai petir yang membelah awan, menggelagar dan menggoncangkan suasana yang
tenang. Hal itu mereka lakukan karena mereka mengetahui bahwa keimanan
itu menolak ketuhanan selain Allah, dan bahwa mereka tidak memiliki pilihan
terhadap diri dan harta mereka, apalagi terhadap orang lain. Hal ini
berarti mencabut kekuasaan mereka atas orang-orang Arab, dan mencegah mereka
untuk berbuat zhalim terhadap orang-orang lemah serta kejahatan yang mereka
lakukan. Namun di sisi lain mereka juga bingung, karena mereka tahu betul bahwa
orang yang mereka tentang adalah orang yang jujur dan terpercaya, contoh
terbaik bagi nilai-nilai kemanusiaan dan akhlaq yang mulia. Apa yang
harus mereka lakukan?
Akhirnya mereka pun memutuskan untuk menemui
paman Rasulullah saw, Abu Thalib, dan mengadukan Rasulullah saw yang telah
menghina tuhan-tuhan mereka, mencela agama mereka, dan menganggap sesat nenek
moyang mereka. Mereka meminta agar Abu Thalib mengambil alih urusan ini.
Namun Abu Thalib dengan lemah lembut menolak tuntutan mereka dan berpendirian
bahwa Rasulullah saw berhak untuk meneruskan ajakannya.
Cara lain yang dilakukan orang-orang Quraisy
untuk merintangi seruan Rasulullah kepada Islam adalah dengan mempengaruhi para
jemaah haji yang berziarah ke Mekkah di musim haji. Sebelumnya mereka
berunding, apa yang akan mereka katakan tentang Muhammad saw kepada para jemaah
haji tersebut. Sebagian mereka mengusulkan agar Muhammad saw dikatakan
sebagai seorang dukun. Yang lain mengusulkan agar Muhammad saw dikatakan
sebagai seorang gila. Yang lain lagi mengusulkan agar dia dikatakan
sebagai seorang penyair. Ada juga yang mengusulkan dia dikatakan sebagai
seorang tukang sihir, karena perkataannya dapat menyihir dan memisahkan
seseorang dari bapaknya atau saudaranya atau istrinya atau keluarga.
Namun mereka semua menyadari bahwa tak ada satu pun dari sebutan-sebutan itu yang
cocok diterapkan bagi Muhammad saw. Bagaimanapun mereka harus mengambil
sebuah keputusan, dan istilah “tukang sihir” lah yang mereka anggap paling
cocok untuk diterapkan pada Muhammad saw. Maka mereka pun melaksanakan
rencana mereka, dan mulai menyebarkan fitnah tentang Muhammad saw kepada para
jema’ah haji yang berziarah ke Mekkah di musim haji. Orang yang paling
bertanggung jawab atas gerakan ini adalah Abu Lahab. Akibatnya
orang-orang Arab yang datang berhaji, setelah mendengar persoalan ini, membawa
berita ini ke tempat asalnya masing-masing dan akhirnya persoalan tentang
Muhammad saw ini tersebar ke seluruh negeri Arab.
Demikianlah orang-orang Quraisy tak pernah
kehilangan cara untuk menentang seruan Rasulullah saw untuk beriman kepada
Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun. Di antara cara-cara
tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Mencemooh dan menghina, melecehkan, mendustakan dan menertawakan, dengan
tujuan merendahkan kaum muslimin dan menghina kekuatan spiritual mereka.
2.
Membuat buruk citra ajaran beliau, melancarkan propaganda-propaganda
palsu dan lemah di sekitar ajaran tersebut dan pribadi beliau. Tentang
Al-Quran, mereka mengatakan, “Dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, dimintanya
untuk dituliskan, maka dibacakan dongeng itu kepadanya setiap pagi dan petang.
“ (Al Furqan:5)
3.
Menyaingi Al-Quran dengan dongeng-dongeng orang-orang terdahulu, dan
menyibukkan manusia dengan dongeng-dongeng tersebut sehingga lalai dari
Al-Quran.
4.
Berusaha untuk memadukan antara Islam dan jahiliyah, bersikap lunak agar
Muhammad saw juga bersikap lunak, agar beliau mau berkompromi dengan mereka,
sebagaimana diabadikan dalam Al-Quran, “Mereka menginginkan supaya kamu
bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu.” (Al-Quran)
Ternyata setelah sekian lama usaha orang-orang
Quraisy untuk menghalangi dakwah Rasulullah saw tidak berhasil sama sekali, dan
beliau saw tetap melaksanakan dakwahnya. Hal ini makin menimbulkan
kebencian mereka, dan akhirnya mereka memutuskan untuk mengambil cara
kekerasan. Mereka mulai menindas orang-orang muslim, menyiksa orang-orang
yang baru masuk Islam terutama kaum yang lemah. Di antara orang-orang
muslim yang mengalami penyiksaan dan penindasan ini adalah:
-Paman Utsman bin Affan yang dibungkus dengan
daun korma, kemudian diasapi dari bawahnya.
-Bilal bin Rabbah seorang budak berkulit hitam
yang dijemur di atas padang pasir dalam keadaan terlentang saat matahari sedang
terik, kemudian ditindih dengan batu besar. Hal ini dilakukan oleh majikannya
sendiri.
-Amar bin Yasir beserta ayah dan ibunya yang
diseret ke tengah padang pasir yang sedang panas-panasnya, lalu disiksa dengan
kejam. Bahkan ibu Ammar, Sumayyah, setelah disiksa oleh Abu Jahal ditusuk
jantungnya dengan tombak hingga meninggal, dan dia-lah wanita sekaligus orang
pertama yang syahid dalam Islam.
Demikianlah penindasan dan penyiksaan dilakukan
orang-orang musyrik Quraisy terhadap kaum muslimin terutama yang berasal dari
golongan lemah. Namun mereka tak bisa melakukan hal seperti ini kepada
Rasulullah saw sendiri, karena beliau berada dalam lindungan pamannya, Abu
Thalib, orang yang disegani di kalangan masyarakat Mekkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar